Selasa, 19 November 2013

Keperawatan Jiwa, Gerontik, Keluarga dan Komunitas


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini dan di tengah-tengah persaingan yang begitu ketat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka sebagai perawat yang profesional dituntut mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat ( Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
Perawat profesional tidak hanya dilihat dari kemampuan menjaga dan merawat klien saja tetapi bagaimana dia mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh baik dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual dengan penuh semangat dalam memberikan pelayanan yang diiringi dengan senyuman yang ikhlas dan tulus ( Wahit, 2005 dalam Wahit, 2006).
Tenaga perawat merupakan sumber daya manusia terbesar dalam keperawatan di rumah sakit dan puskesmas oleh karenanya diharapkan mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana harapan profesi perawat yaitu menjadi perawat yang profesional ( Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
 Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di Indonesia, proses keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun pada kenyataannya banyak perawat merasa terbebani dalam melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan (Budi Anna Keliat, 2006).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis ingin membahas lebih dalam di makalah ini mengenai keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah pokok yang menjadi pusat pembahasan bagi penulis adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari keperwatan jiwa dan kesehatan jiwa?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan kesehatan jiwa?
3.      Apa peran dan fungsi perawat jiwa dan perawat kesehatan jiwa?
4.      Apa itu keperawatan gerontik?
5.      Apa peran dan fungsi keperawatan gerontik?
6.      Apa peran keluarga dan perawat keluarga?
7.      Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan keluarga?
8.      Bagaimana tanggung jawab perawat dalam asuhan keperawatan keluarga?
9.      Apa itu komunitas dan keperawatan komunitas?
10.  Apa tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas?
11.  Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas?
12.  Bagaimana tren dan issue dalam keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menegtahui konsep dasar keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas.
2.      Untuk mengetahui peran dan fungsi dari keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas.
3.      Untuk menjelaskan sejarah keperawatan jiwa, gerontik, keluarga, dan komunitas.
4.      Untuk mengetahui tren dan issue dalam keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
5.      Dapat menegtahui konsep dasar keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas.
6.      Dapat mengetahui peran dan fungsi dari keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas.
7.      Dapat mengetahui sejarah keperawatan jiwa, gerontik, keluarga, dan komunitas.
8.      Dapat mengetahui tren dan issue dalam keperawatan jiwa, gerontik, keluarga dan komunitas.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keperawatan Jiwa

2.1.1  Konsep Kesehatan Jiwa dan  Keperawatan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap sendiri dan orang lain(Sukma Nolo Widyawati, 2012).
Kesehatan jiwa meliputi :
·         Bagaiman perasaan anda terhadap diri sendiri
·         Bagaiman perasaan anda terhadap orang lain
·         Bagaimana kemmapuan anda mengatasi persoalan hidup anda sehai-hari

     Adapun rentang sehat jiwa itu adalah sebagai berikut :
·         Dinamis bukan titik statis
·         Rentang di mulai dari sehat optimal sampai mati
·         Ada tahap-tahap
·         Adanya variasi tiap individu
·         Menggambarkan kemampuan adaptasi
·         Berfungsi secara efektif : sehat

a.       Menurut American Nurses Associetion(ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktik keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada(American Nurses Associations)

b.      Menurut WHO
Kesehatan jiwa tidak hanya suatu keadaan tidak gagguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan managemen, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dang keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.

c.       Menurut UU KESEHATAN JIWA NO. 03 TAHUN 1966
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.

d.      Suliswati dkk (2005)
Keperawatan Jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwapada manusiasepanjang siklus kehidupan, dengan respons psiko-sosial yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan , mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien.

2.1.2 Prinsip Keperawatan Jiwa
      Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu sebagai berikut:
a.       Manusia
-          Berfungsi sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksiengan lingkungan secara keseluruhan.
-          Mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting
-          Mempunyai harga diri, martabat dan HAK untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
-          Bertujuan untuk tumbuh, sehat, mandiri, dan tercapai aktualisasi diri
-          Berkemampuan untuk berubah dan berkeinginan untuk mengejar tujuan personal
-          Prilaku individu bermakna yang meliputi presepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
b.      Lingkungan
-          Manusiadipengaruhi oleh lingkungan dari dalam diri dan lingkungan luar yaitu keluarga, kelompok, komunitas.
-          Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi coping yang efektif agar dapat beradaptasi
c.       Kesehatan
-          Suatu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan kualitas hidup manusia
-          Setiap manusia mempunyai HAK untuk memperoleh kesehatan yang sama melelui perawatan yang adekuat.
d.      Keperawatan
-          Memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
-          Metodologi: menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan dan interaksinya dengan lingkungan.
-          Memberikan asuhan keperawatan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien dan masyarakat untuk mencapai tngkat kesehatan yang optimal( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat, 1991 dalam Sukma, 2012).
-          Bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
-          Manfaat proses keperawatan
Bagi perawat:
a.       Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.
b.      Tersedi pola pikir/kerja yang logis, ilmiah, sistematis dan terorganisasi
c.       Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa parawat bertanggungjawab dan bertanggung gugat.
d.      Peningkatan kepuasan kerja
e.       Sarana/wahana dimensi IPTEK keperawatan
f.       Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi klien:
a.       Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b.      Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri(independen care)
c.       Terhindar dari mal praktik.

2.1.3 Peran dan Fungsi Perawat Jiwa
         Peran dan fungsi perawat jiwa adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan dan mempertahankan prilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
b.      Menerapkan teori prikalu manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya.

2.1.4 Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa
         Prinsip-prinsip keperawatan kesehatan jiwa diantaranya :
a.       Peran dan fungsi keperawatan jiwa yang kompeten
b.      Hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien
c.       Konsep model keperawatan jiwa
d.      Model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa
e.       Keadaan-keadaan biologis dalan keperawatan jiwa
f.       Keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa
g.      Keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa
h.      Keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa
i.        Keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa
j.        Penatalaksanaan proses keperawatan: dengan standar-standar perawatan
k.      Aktualisasi peran keperawatan jiwa: melelui penampilan standar-standar profesional.

2.1.5        Peran Perawat Kesehatan Jiwa
1.      Pengkajian mempertimbangkan budaya
2.      Merancang dan mengimplementasian rencana tindakan
3.      Berperan serta dalam pengelolaan kasus
4.      Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental- penyuluhan dan konseling
5.      Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6.      Memberikan pedoman pelayanan kesehatan(Sukma, 2012).

2.1.6        Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia
a.       Zaman Kolonial
Sebelum ada
Rumah Sakit Jiwa, pasien ditampung di Rumah Sakit Umum dan yang ditampung  hanyalah yang mengalami gangguan jiwa berat.
b.      Pada tahun 1862, berdasarkan hasil sensus bahwapenderita ganguan jiwa di Pulau Jawa & Madura mencapai 600 orang, dan 200 penderita didaerah lain.
- 1882 : RSJ Bogor, pertama di Indonesia
- 1902 : RSJ Lawang
- 1923 : RSJ Magelang
- 1927 : RSJ Sabang
 
c.       Sejak tahun 1910 mulai dicoba untuk menghindari  Costodial care ( penjagaan ketat) & restraints (pengikatan) terhadap penderita gangguan jiwa.
d.      Pada tahun 1930 dimulai terapi kerja seperti menggarap lahan pertanian.
e.       Selama Perang Dunia II & pendudukan jepang, upaya kesehatan jiwa tidak berkembang.
f.       Periode proklamasi sudah mulai perkembangan baru.
g.      Pada bulan Oktober tahun 1947 pemerintah membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa(belum bekerja dengan baik)
h.      Tahun 1950 pemerintah memperingatkan Jawatan Urusan Penyakit Jiwa untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan, dibawah Depkes.
i.        Tahun 1966
-          diberlakukannya PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa
-          berlakunya UU Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan oleh pemerintah
-           Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) dengan instansi diluar bidang kesehatan
j.        Tahun 1973, PPDGJ I yang diterbitkan tahun 1975 ada integrasi dengan puskesmas
k.      Sejak tahun 1970-an, pihak swastapun mulai memikirkan masalah kesehatan jiwa
l.        Ilmu kedokteran Jiwa berkembang
Yaitu dengan adanya sub spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, kedokteran Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman.

2.1.7        Tren dan Issue dalam Keperawatan Jiwa
Trend atau current issue dlm keperawatan jiwa adalah masalah2 yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional mapun global. Adapun tren dan issue tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Kesehatan Jiwa Dimulai Masa Konsepsi
Banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan mental dan fisik seseorang dimasa yang akan datang.
2.       Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa
Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era globalisasi, hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin berat. Klien gangguan jiwa tdk lagi didominasi kalangan bawah tetapi kalangan mahasiswa, PNS, pegawai swasta dan kalangan profesional.
3.       Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Terjadinya perang, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa lainnya.
4.       Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi
Perkembangan IPTEK yg begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan.Perawat dituntut mampu memberikan askep yang profesional dan dapat mempertanggung jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
5.      Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan kesehatan termasuk keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan (persaingan  kualitas).

2.2 Keperawatan Gerontik

2.2.1 Pengertian
Gerontik berasal dari gerontologo dan geriatrik. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membagas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
Geriantik adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Geriantik nursing: praktek keperawatan yang berkaitan dengan proses penyakit penuaan dini. (Kozier, 1987 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat atau tehnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial dan spiritual dan kultural yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada usia lanjut. (Kozier, 1987 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
2.2.2 Pembagian Lansia
Depertemen Kesehatan RI membagi lansia lansia sebagai berikut:
1.      Kelompok menjelang usia lanjut( 45-54 th) sebagai masavibrilitas
2.      Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3.      Kelompok usia lanjut( 65 th>) sebagai senium
Menurut kesehatan dunia (WHO), lansia terbagi atas :
1.      Usia pertengahan(middle age) adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
2.      Usia lanjut (elderly) antara 60- 74 tahun
3.      Usia tua(old) antara 75-90 tahun
4.      Usia sangat tua(very old) diatas 90 tahun
Menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 pasal 1:
“seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.

2.2.3        Proses Penuaan dan Proses Perubahan yang Terjadi
Merupakan proses alamiah setelah 3 tahap kehidupan: masa anak, masa dewasa dan masa tua
§  Pertambahan usia menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis dari bagian sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia.
§  menjadikan kemunduran fisik maupun psikis.
§  Kemunduran fisik ditandai dengan kulit mendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, pengelihatan memburuk, gerakan lambat dan kelainan pada fungsi organ fital.
§  Kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emisional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap material dan minat rekreasi tak berubah hanya orientasi dan subyek yang berbeda(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).

2.2.4        Karakteristik Penyakit yang Dijumpai pada Lanjut Usia
a.       Penyakit yang sering multiple: saling berhubungan satu sama lain.
b.      Penyakit yang bersifat degeneratip:sering menimbulkan kecacatan.
c.       Gejala yang tidak jelas:berkembang secara perlahan.
d.      Sering bersama-sama dengan problem psikologis dan sosial.
e.       Lansia sangat peka terhadap infeksi akut.
f.       Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik(Wahit  Iqbal Mubarak dkk, 2006).

2.2.5        Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik
Fenoma yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia pada lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Lingkup asuhan keperawatan gerontik meliputi :
a.       Pencegahan ketidakmampuan akibat proses penuaan.
b.      Perawatan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan.
c.       Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan(Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006).

2.2.6        Peran dan Fungsi Keperawatan Gerontik
Dalam prakteknya perawat dalam menangani kasus gerontik melakukan peran dan fungsinya adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan secara langsung.
b.      Sebagai pendidik klien lanjut usia.
c.       Sebagai motivator klien lanjut usia.
d.      Sebagai advokasi klien.
e.       Sebagai konselor atau pemberi konseling pada klien lanjut usia(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).

2.2.7        Tanggung Jawab Perawat Gerontik
Tanggung jawab perawat gerontik adalah :
a.       Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.
b.      Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.
c.       Membantu klien lansia menerima kondisinya.
d.      Membantu klien lansia menanggapi ajal dan diperlakukannya secara manusiawi sampai meninggal(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).

2.2.8        Sifat Pelayanan dan Model Pemberian Keperawatan Gerontik
1.      Sifat pelayanan yang diberikan
(1)   Independen: perawat melakukan perawatan pada klien lanjut usia secara mandiri.
(2)   Interdependen: perawat melakukan perawatan pada klien lanjut usia dengan kerjasama dengan tim kesehatan lain.
(3)   Humanistik: melakukan perawatan pada klien lanjut usia dengan memandangnya sebagai makhluk yang perlu untuk diberikan perawatan secara layak dan manusiawi.
(4)   Holestik: klien lanjut usia adalah memiliki kebutuhan yang utuh baik bio-psiko-sosial dan spiritual yang mempunyai karakteristik berbeda-beda antara lansia satu dengan yang lain.
2.      Model pemberian asuhan keperawatan
Model asuhan keperawatan profesional yang diberikan adalah dalam bentuk model asuhan keperawatan dan model manajerial(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
2.2.9        Isu dan Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik
(1)   Masalah Kehidupan Sosial
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman (Parke, 1990 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami istri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pad saat klien sakit atau mengalami ketidakmampuan, dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing.
(2)   Perubahan Perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadi perubahan perilaku diantaranya : daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.
(3)   Pembatasan Fisik
Lansia mengalami kemunduran dalam bidang kemampuan fisik, hal itu mendorong meningkatnya ketergantungan mereka untuk memerlukan bantuan orang lain.
(4)   Palliative care
Pemberian obat pada lansia yang bersifat palliative care adalah unutk mengurangi rasa sakit yang dirasakan lansia, tetapi efek samping obat-obatan tersebut menyebabkan ketidaknyamanan pada lansia.
(5)   Penggunaan obat
Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah bingung, lemah ingatan, penglihatan berkurang, tidak bisa memegang, dan kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan dijalankan.
(6)   Kesehatan mental
Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya.
(7)   Hukum dan etik dalam perawatan genotik
Berpedoman pada UUD 1945 pasal 27 dan pasal 34, sebagai perawat kesehatan masyarakat bertanggung jawab dalam mencegah penganiayaan berupa penyia-nyiaan, penganiayaan yang disengaja dan eksploitasi. Berkaitan dengan kode etik, yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :
1.      Perawat harus memberikan rasa hormat pada klien tanpa memperhatikan suku, ras, golongan, pangkat, jabatan, status sosial, masalah kesehatan.
2.      Menjaga rahasia klien.
3.      Melindungi klien dari campurtangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, praktek illegal.
4.      Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya.
5.      Perawat menjaga kompetensi keperawatan.
6.      Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya.
(8)   JPKM lansia
Salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas, sasarannya adalah keluarga yang didalamnya ada keluarga lansia. Salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) (Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
           
2.3 Keperawatan Keluarga

     2.3.1    Konsep Keluarga

Pengertian keluarga menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a)      Duvall
Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
                             
b)      WHO, 1969
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui adopsi atau perkawinan.

c)      Bergess, 1962
Yang dimaksud keluarga adalah :
(1)   Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan / hubungan sedarah atau hasil adopsi.
(2)   Anggota tinggal bersama dalam satu rumah.
(3)   Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial.
(4)   Mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetapi mempunyai keunikan tersendiri.

d)     Helvie, 1981
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalm kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

e)      Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

f)       Departemen kesehatan R.I. 1998
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalm keadaan saling ketergantungan.
Dari berbagai pngertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluaga adalah :
1.       Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
2.      Anggota keluarga hidup bersama.
3.      Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masingnya punya peran sosial: suami, isteri, anak, akkak, adik.
4.      Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).

      2.3.2    Struktur Keluarga

1.      Macam
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, antara lain :
a.       Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dan disusun melalui jalur garis ayah.
b.      Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dan disusun melalui jalur garis ibu.
c.       Matrilokal
Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.
d.      Patrilokal
Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e.       Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami isteri sebagai dasra bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami isteri. (Nasrul Effendy, 1998 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).

2.      Ciri-ciri Struktur Keluarga
a.       Terorganisasi
b.      Ada keterbatasan
c.       Ada perbedaan dan kekhususan

      2.3.3    Type Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan, maka perawat perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.
1.      Tradisional Nuclear
Kaluarga inti yang terdiri dari: ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah dan ditetapkan dengan sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan.
2.      Extended Family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya: nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi.
3.      Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam satu rumah bersama anak-anaknya dari perkawinan lama maupun perkawinan baru.
4.      Niddle Age /Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5.      Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak punya anak, kedua/salah satu bekerja di luar rumah.
6.      Single Parent
Satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
7.      Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak
8.      Commuter Married
Suami istri/keduanya orang karier dn tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9.      Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan unutk kawin.
10.  Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11.  Institusional
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
12.  Comunal
Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas
13.  Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari ana-anak.
14.  Unmaried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dujehendaki, anaknya diadopsi
15.  Cohibing couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

Secara umum di Indonesia dikenal dengan type keluarga
e.       Tipe keluarga tradisional:
·         keluarga inti
·         extended family
lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah, ayah dan ibu yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga dan homoseksual yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.
·         single parent, keluarga usila
·         single adult.
f.       Tipe keluarga non tradisional

2.3.4        Peran Keluarga dan Peran Perawat Keluarga

(1)   Teori dan defenisi peran

(a)    Peran
·         Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedududkannya dalam suatu sistem(Kozier, Barbara, 1995:21). Dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.

·         Peran adalah Bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Maksudnya adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik.

(b)   Peran Keluarga
1.      Peran Formal Keluarga
(Murray & Zentner, 1975, 1985). Nye dan Gecas, 1976 mengidentifikasi 6 peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu :
a.       Peran sebagai provider atau penyedia.
b.      Sebagai pengatur rumah tangga.
c.       Perawatan anak.
d.      Sosialisasi anak.
e.       Rekreasi.
f.       Persaudaraan (kinship) (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal)
g.      Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan).
h.      Peran seksual.
2.      Peran Informal Keluarga
Beberapa contoh peran-peran informal yang bersifat adaptif dan yang merusak kesejahteraan keluarga antara lain :
a.       Pendorong
b.      Pengharmonis
c.       Insiator-kontributor
Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara mengingat masalah-masalah atau tujuan kelompok
d.      Pendamai
e.       Penghalang
f.       Dominator
Cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu dan membanggakan kekuasaaannya.
g.      Penyalah
h.      Pengikut
i.        Pencari nafkah
j.        Martir
Tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya berkorban untuk anggota keluarga
k.      Keras hati
l.        Sahabat
m.    Kambing hitam keluarga
n.      Penghibur
o.      Perawat keluarga
p.      Pioner keluarga
Yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing, dan dalam pengalaman baru
q.      Koordinator keluarga
Mengkoordinasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga
r.        Distraktor dan orang yang tidak relevan
Distraktor bersifat tidak relevan, dengan menunjukkan perilaku yang menarik perhatian, ia membantu keluarga menghindari atau melupakan persoalan-persoalan yang menyedihkan dan sulit
s.       Penghubung keluarga
t.        Saksi
Saksi hanya mengamati, tidak melibatkan dirinya

(c)    Peran Perawat Keluarga
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah :
a.       Educator
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b.      Koordinator
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerluakn perawatan lanjutan di rumah, maka perlu koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di rumah.
c.       Pelaksana perawatan dan pengawasan perawatan langsung 
Perawat melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukan perawatan di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan masyarakat.
d.      Pengawas kesehatan
        Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keuarga.

e.       Konsultan atau penasehat
       Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasai masalah kesehatan. Hubungan perawat-keluarga hasus dibina dengan baik, perawat bersikap terbukadan dapat dipercaya, dengan demikian keluarga mau meminta nasehat kepada perawat tentang masalah pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.

f.       Kolaborasi
       Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.

g.      Advokasi
       Perawat seringkali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan, sebagai advokat klien perawat berkewajiban melindungi hak keluarga, misalnya keluarga dengan sosial ekonomi lemah sehingga keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhannya, perawat juga dapat membantu keuarga mencari bantuan yang mungkin dapat memenih kebutuhan keluarga.
h.      Fasilitator
       Perawat membantu keluarga menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator yang baik maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
i.        Penemu kasus
       Mengidentifikasi masalah kesehatan sevara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.

j.        Modifikasi lingkungan
       Dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat

2.3.5        Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya, 1989 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan perawat menurut Freeman, 1981 adalah keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan , penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat, perawat dapat menjangkau masyarakat  hanya melalui keluarga. Dalam  memelihara pasien sebagai individu, keluarga tetap berperan dalam pengambilan keputusan dalam pemeliharaannya, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. Sedangkan tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga untuk mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga dan melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan kesehatan(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).

2.3.6        Tanggung Jawab Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga

Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
1.      Memberikan pelayanan secara langsung
2.      Dokumentasi
3.      Koordinasi antara pelayanan dengan manajemen kasus
4.      Menentukan frekuensi dan lama perawatan
5.      Advocacy/tanggung jawab sebagai penasehat

2.3.7        Tahapan Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

1.      Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga terhadap masalah
2.      Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
3.      Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
4.      Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaiman membuat lingkungan menjadi sehat
5.      Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

2.3.8        Lingkup praktek keperawatan keluarga

1.      Pelayanan kesehatan rumah(home health nursing)
Yaitu merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan du rumah pasien (Lerman & Eric B.L, 1993 dalam Wahit Iqbal Mubarak, 2006).
Tujuan pelayanan kesehatan rumah:
a.       Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
b.      Meningkatkan support sistem yang adekuat dan efektif serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
c.       Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota keluarga dan kleuarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan tindakan pencegahan.
d.      Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.
e.       Meningkatkan kesehatan lingkungan. (Smith, 1995 dalam Wahit Iqbal Mubarak, 2006)

2.      Asuhan keperawatan keluarga(Public Goods)
Adalah asuhan keperawatan keluarga dalam konteks public goods adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang perawat komunitas yang bekerja pada institusi pemerintah (Puskesmas) untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat melalui pembinaan keluarga. Sasaran pembinaan asuhan keperawatan adalah keluarga rawan atau yang mempunyai resiko tinggi yang ada di wilayah kerjanya.

2.3.9        Tren dan Issue dalam Keperawatan Keluarga

*                   Dari segi pelayanan adalah sebagai berikut:
1. SDM belum dapat menjawab tantangan global  dan belum ada perawat keluarga.
2. Penghargaan yang rendah.
3.  Bersikap pasif
4.  Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
5. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
6. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
7. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
8. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
9. Model pelayanan  belum mendukung peranan aktif semua profesi.

Dari segi pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”.
2.      Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
3.      Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
4.      Jumlah rasio pengajar dengan jumlah mahasiswa belum seimbang.
5.      Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

Dari segi profesi adalah sebagai berikut:
1.      Standar kompetensi belum disosialisasikan.
2.      Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
3.      Kompetensi  berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
4.      Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
5.      Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
6.      Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.

2.4  Keperawatan komunitas

2.4.1        Definisi Komunitas dan Keperawatan Komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang sebagaimana berikut :
a.       WHO, 1974 : komunitas sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal  dan berinteraksi antar anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.
b.      Spradley (1985) mendefinisikan komunitas : sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya.
c.       Koentjaraningrat (1990) mendefinisikan komunitas adalah : sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah nyata dan yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas.
d.      Sounders (1991) mendefinisikan komunitas: sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau system sosial.

Sedangkan definisi keperawatan komunitas menurut beberapa pandangan:
a.       American Nurses Assocation (1973) : suatu sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk.
b.      WHO (1974) : mencakup perawtan kesehatan keluarga dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri  serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan pada orang lain.
c.       Ruth B. Freeman (1981) keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat dan pelayanan tersebut mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
d.      Departemen kesehatan R.I (1986) : keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnyadan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebuh tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat.


2.4.2        Tujuan, Sasaran dan Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Tujuan Keperawatan Komunitas adalah unutk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya :
a.       Pelayanan keperawatan secara langsung terhadap individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b.      Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan masyarakat.

Sasaran keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a.       Individu
Peran perawat di sini adalah membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan pengetahuannya dan kurangnya kemauan menuju kemanduruan.
b.      Keluarga
Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat.
c.       Kelompok khusus
Adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan seperti: ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah dan usia lansia, kasus penyakit (kelamin, TBC, AIDs dan kusta).

2.4.3         Prinsip Keperawatan Komunitas
Yang harus menjadi prinsip dalam melaksanakan keperawatan komunitas haruslah mempertimbangkan:
1)      Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
2)      Autonomi
Yaitu adanya kebebasan untuk melakukan atau memilih alternative yang terbaik yang disediakan untuk komunitas.
3)      Keadilan
Melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.

2.4.4        Falsafah Keperawatan Komunitas

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu pada Falsafah atau Paradigma Keperawatan secara umum yaitu: manusia yang merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusunlah paradigm keperawatan komunitas yang terdiri dari empat komponen dasar yaitu : (1) Manusia, (2) Kesehatan, (3) Lingkungan  dan (4) Keperawatan.

2.4.5        Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

Perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari tokoh metologi Yunani yaitu : Ascleipius dan Higeia. Berdasarkan mitos Yunani bahwa Ascleipius adalah seorang dokter yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang ditempuhnya, berdasarkan mitos orang Yunani bahwa dia dapat mengobati penyakit dan melakukan bedah.Hegeia adalah asisten Asclepius dan juga merupakan istrinya, dia juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Perbedaannya beliau lebih menekankan  pada cara pendekatan atau penanganan masalah kesehatan (Wahit Iqbal Mubarak, 2005).

 Tabel 2.4.5 Perbedaan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan       Hegeia
No
Menurut
Cara Penanganan Masalah Kesehatan Masyarakat
1.
Asclepius
Dilakukan setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang
2.
Hegeia
(a)    Penangan masalah melalui hidup seimbang
(b)   Menghindari makanan atau minuman beracun
(c)    Makan-makanan yang bergizi (cukup)
(d)   Olahraga


2.4.6        Tren dan Issue dalam Keperawatan komunitas
      Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan tren holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan pada manusia secara keseluruhan dalam segala dimensi, dalam sehat dan sakit, dan dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan bagi peserta didik di tingkat DIII Keperawatan, S1 Keperawatan/Kesehatan Masyarakat sampai dengan tingkat S2 Keperawatan/Kesehatan. Tren praktek keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktik sehingga perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus  meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan keperawatan. Aktifitas dari organisasi keperawatan professional menggambarkan tren dalam pendidikan dan praktek keperawatan. Tren lain yang sedang dibicarakan adalah: (1) pengaruh politik terhadap keperawatan professional dan (2) pengaruh perawat dalam peraturan dan praktik keperawatan(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).

(1)   Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
            Keterlibatan perawat dalam politik terbatas, walaupun secara individu ada beberapa nama seperti : F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sanger dan Lavinia Dock telah mempengaruhi dalm pembuatan keputusan di berbagai bidang seperti : masalah sanitasi, pemenuhan kebutuhan nutrisi, masalah KB, perawat kurang dihargai sebagai kelompok (Hall-Long, 1995 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
            Perawat dahulu merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawata adalah wanita dan politik merupakan dominasi laki-laki. Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan, organisasi professionalan tempat perawatn kesehatan.(Stanhope dan Talbott, 1985, Mason, 1990 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006). Keterlibatan perawat dalam politik mendapat perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan, organisasi professional dan tempat perawatan kesehatan (Stanhope dan Belcher, 1993 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
(2)   Pengaruh perawat dalam peraturan dan praktik keperawatan
            Aktifitas dan komitmen politik merupakan bagian dari profesionalisme dan politik merupakan aspek yang penting dalam memberikan perawatan kesehatan(Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
            Walaupun perawat telah mencegah terjadinya pelanggaran pada aturan profesi, keperawatan di masa mendatang menuntut perawat baik secara individu maupun kelompok untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengaruh pada kebijakan asuhan kesehatan yang mempengaruhi praktik keperawatan(Perry & Potter, 2005 dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).





DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, W. I, Santoso, B. A, Rozikoi, K, Patonah, S. (2006). Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto.
Mubarak, W. I . (2005) Pengantar keperawatan komunitas 1. Jakarta : Sagung Seto.
Suliswati, Payopo T. A, Maruhawa, J, Sianturi, Y, Sumijatun. (2005). Konsep keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC.
Widyawati, S.N. (2012). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar