BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Model Keperawatan Self Care (Orem)
Dalam Teori keperawatan bila
kita perhatiakan, kesemuanya teori tersebut akan berorientasi pada satu bidang
cakupan dalam keperawatan. Misalkan Nightingale menyoroti masalah lingkungan, Henderson lebih pada pemenuhan kebutuhan dasarnya, selain itu ada juga teori
yang berorientasi pada otimalisasi peran klian dalam proses penyembuhanya.
kesemua teori tersebut bersinergi dalam membentuk suatu sistem yang holistik
dengan penjelasan masalah
yang detail. Sehingga mampu memberikan konstribusi dalam memberikan arah
asuhan.
Salah satu teori yang terenal
dengan pemandirian klien adalah Dorotea Orem (1971). Orem yang
terkenal dengan Self-Care Dependent-Care Nursing. Dalam pandangan Orem
bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara
mandiri. Tapi pada situasi tertentu kemampuan itu tidak bisa tampil. Disinilah
teori Orem akan menjelaskan bahwa, kebutuhan manusia apapun kondisinya adalah
sama, tergantung bagaimana individunya memenuhi kebutuhan itu. Bila kebutuhanya
terpenuhi dengan baik maka tidak akan ditemukan masalah. Berbeda dengan orang
yang tidak mampu memenuhi kebutuhanya makan akan mengalami deficiet.
Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan
alami setiap klien dalam memenuhi kebutuhanya. Peran perawat dalam teori
merupakan sebagai agen yang mampu membantu klien dalam mengembalikan peranya
sebagai self care agency. Sistem yang dibangun dari tiga teori
utama ini mampu menghasilkan kolaborasi pelayanan keperwatan yang unik. Tidak
hanya dari prosesnya, tapi juga dari hasilnya akan mampu membuat klien
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya.
Teori ini mampu memberikan tentang bentuk asuhan yang
harus diberikan pada klien pada keadaan tertentu. antara klien dan perawat
harus memiliki pemahaman tentang pendangan self-care. Proses yang lebih bertumpu pada pelayanan terapeutik yang mandiri dengan
melibatkan setiap individu agar mampu melkuanya secara mandiri.
Dalam pemahaman konsep
keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem
membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri dari:
1. Air (udara): pemelihraan dalam pengambian udara.
2. Water (air):
pemeliaraan pengambilan air
3. Food (makanan):
pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
4. Elimination
(eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
5. Rest and
Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
6. Solitude and
Social Interaction ( kesendirian dan interaksi sosial): pemeliharaan dalam
keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
7. Hazard
Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan
manusia dalam keadaan sehat .
8. Promotion of
Normality
Pandangan teori
Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu
dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperwatan
Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya:
Teori Self Care meliputi:
1.
Self Care
Agency, merupakan suatu kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
2.
Theurapetic
Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan
diri sendiri dengan
menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
3.
Self Care
Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh.
Self Care Reuisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care
Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar),
Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan
perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul
sebagai hasil dari kondisi pasien).
4.
Self Care Defisit, merupakan
bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan
keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan
seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya
secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum
dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Aplikasi Model Keperawatan Orem
Aplikasi Model Keperawatan
Orem, dapat dilihat dari contoh kasus berikut. Contoh kasus:
Tn. J (50
th), didiagnosis DM tipe 2. Dia memiliki riwayat hipertensi dan dia seorang
perokok berat (30 batang per hari).
Perawatan yang dapat
diberikan kepada
Tn. J berdasarkan model keperawatan Orem adalah:
1. Air
(educative/supportif). Perawat harus mampu memberikan informasi tentang
hubungan hipertensi dengan merokok.
2. Water
(educative/supportif). Perawat harus mampu meyakinkan adanya hydration-risk
yang cukup dari polydipsia yang memicu hyperglycaemia (kadar gula yang tinggi
dalam darah)
3. Food
(partial compensatory). Perawat memberikan diet yang cocok untuk hipertensi dan
diabetes, serta mengontrol gula darah setelah makan.
4. Elimination
(educative/supporif). Klien membutuhkan monitoring.
5. Activity
and Rest (adecative/ suportif). Perawat menginformasikan pada pasien tentang kegiatan yang cocok untuk
pasien diabetes.
6. Solitude and Social Interaction (partial
compensatory). Interaksi social dengan perawat
dapat memberikan perubahan interaksi dan tingkah sosial.
7. Hazard
Prevention (partial compensatory). Perawat memberikan pendidikan pada pasien
tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan yang akan diambil oleh pasien.
8. Promote
Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat membantu pasien
untuk mengembalikan pola hidup pasien, sehingga menjadi normal kembali.
2.2 Model Keperawatan Human Beings (Rogers’)
Dalam teorinya, Martha Rogers (1970)
mempertimbangkan manusia (kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu
dengan alam semesta. Manusia berada dalam interaksi yang terus-menerus dengan
lingkungan (Lutjens, 1995). Selain itu, manusia merupakan satu kesatuan utuh,
memiliki integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar
gabungan beberapa bagian (Rogers, 1970). Manusia yang utuh merupakan “empat
sumber dimensi energi yang diidentifikasikan oleh pola dan manifestasi
karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat ditinjau
berdasarkan bagian pembentuknya” (Marriner-Tomey, 1994).
Keempat dimensi yang digunakan oleh
teori Rogers: sumber energi, keterbukaan, keteraturan dan pengorganisasian, dan
empat dimensionalitas manusia – digunakan untuk prinsip mengenai bagaimana
manusia berkembang.
Pada intinya Rogers memandang
keperawatan sebagai ilmu dan mendukung adanya penelitian keperawatan. Oleh
sebab itu, keperawatan mengembangkan pengetahuan dari ilmu-ilmu dasar dan
fisiologi, begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri:
Ilmu keperawatan bertujuan untuk
memberikan inti dari pengetahuan abstrak untuk mengembangkan penelitian ilmiah
dan analisis logis dan kemampuan menerapkannya dalam praktik keperawatan. Inti
pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru mengenai
keperawatan. Keperawatan merupakan ilmu tentang humanistik.
Keperawatan menurut Rogers
Ilmu perawatan adalah sesuatu yang humanistik dan
suatu ilmu pengetahuan yang berperikemanusiaan yang mengarah pada gambaran dan
menjelaskan manusia utuh yang sinergis dan dalam mengembangkan penyamarataan
yang hipotetis dan prinsip bersifat prediksi basis ke praktek. Ilmu pengetahuan
dari keperawatan adalah suatu ilmu pengetahuan dari humanistik dan ilmu
pengetahuan dari manusia tidak dapat diperkecil lagi dan lingkungan mereka.
Asumsi Dasar Rogers
Menurut Rogers ( 1970) ada lima dasar asumsi tentang
manusia, yaitu:
1.
Pertama, manusia adalah satu
kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik yang lebih
dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti bagian
terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan ini ,
menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini.
2.
Individu dan lingkungan terus
mengalami perubahan materi dan energi
3.
Mempercayai bahwa proses hidup
manusia tidak dapat diulang dan tidak dapat diprediksi sepanjang ruang dan
waktu. Individu tidak pernah dapat mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia
sebelumnya adalah.
4.
Mengidentifikasi pola manusia dan
mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola teladan ini mempertimbangkan pengaturan
diri, ritme, dan teori pengaruh energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman
dan mencerminkan suatu alam semesta yang kreatif dan dinamis.
5.
Individu dicirikan oleh kapasitas
abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir, sensasi dan emosi. Hanya manusia yang
mampu untuk berfikir menjadi siapa dan keluasan dari alam semesta ini.
Berdasarkan
kelima asumsi tersebut ada empat pelindung yang menghalangi identifikasi oleh
Rogers energi dasar, keterbukaan, pola, dan sifat pandimensional. Suatu konsep
yang keduanya menghidupkan dan mematikan lingkungan, energi dasar tidak punya batasan-batasan;
mereka tak terpisahkan, menyebar tanpa batas, dan dinamis. Bidang ini bersikap
terbuka, membiarkan pertukaran dengan bidang lainnya. Simpangan diantaranya dan
selama energi dasar memiliki pola yaitu merasa seperti gelombang tunggal; pola
ini tidak sulit tetapi berubah sesuai kondisi. Pertukaran terjadi di dalam
pandimensional sebuah bidang tidak segaris yaitu tidak terbatas oleh tempat dan
waktu. Dengan pelindung ini sebagai dasarnya, kesatuan manusia didefinisikan
seperti sesuatu yang tidak dapat diperkecil lagi, tidak dapat dibagi,
pandimensional energi dasar diidentifikasikan dengan pola dan manifestasi
karakterikstik yang berbeda dari bagian-bagian itu dan tidak bisa diprediksi
oleh pengetahuan dari bagian-bagian tersebut.
Terdapat
persamaan kekuatan antara anggapan dasar Roger dan sistem teori umum lainnya.
Menurut von Bertalanffy (1968), sebuah sistem adalah kumpulan dari
elemen-elemen yang dihubungkan, wujud manusia dan lingkungannya. Seperti sebuah
sistem hidup dan energi dasar, individu memiliki kecakapan dalam memanfaatkan
energi dan informasi dari lingkungan dan energi bebas dan informasi kepada
lingkungan.
Teori sistem
umum adalah keseluruhan pengetahuan umum. Berkaitan dengan masalah organisasi,
fenomena yang tidak ditetapkan pada masalah individu dan dinamika interaksi
diwujudkan dalam tingkah laku yang berbeda ketika diasingkan. Jadi, keseluruhan
anggapan dan pola hasil kompleks bangunan.
Dengan
menggunakan 5 anggapan dan perlindungan sebagai dasar, proses hidup di dalam
badan manusia menjadi sebuah fenomena, dari keberlanjutan dan dari dinamika dan
pertukaran kreatifitas, yang mempunyai kesatuan kepemilikan. Itu dibedakan dari
lingkungan dan kejadian dalam pandimensional. Karena individu adalah penerima
pelayanan perawat, proses kehidupan manusia intinya di sekitar perawat.
Menurutt Rogers (1970,1988,1992), pengetahuan perawat adalah pembelajaran
manusia dan bidang lingkungannya dan langsung pada pendeskripsian proses
kehidupan manusia dan menjelaskan dan memprediksi alam dan langsung pada
perkembangannya.
Teori Roger: Prinsip Homeodinamik
Prinsip homeodinamika terdiri dari 3 pemisahan prinsip
– integral, resonansi dan helicy Roger (1970,1988, 1992). Dengan kombinasi
prinsip homeodinamika dan konsep manusia dari definisi perawat, sebuah teori
menyatakan dapat dijadikan dalil. Sebuah teori yang tepat mungkin menyatakan
jika perawat menggunakan prinsip homeodinamika untuk melayani umat manusia.
1.
Integral
Prinsip pertama adalah integral.
badan manusia dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran
proses kehidupan terus terjadi pembaharuan interaksi antara badan manusia dan
lingkungannya. Keduanya saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar
dimana pembentukan keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral
adalah kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.
2.
Resonansi
Prinsip
selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam antara manusia
dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia dan bidang lingkungan
disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang yang lebih tinggi dari
frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari frekuensi yang lebih
tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah simfoni dari ritme yang
bergerak dalam frekuensi tertentu. Pengalaman manusia di lingkungannya seperti
segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi mereka dengan dunia istirahat
3.
Helicy
Terakhir,
prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada manusia-
lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka dalam
pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara manusia dan
bidang lingkungan.Pertukaran ini juga mengalami pembaharuan. Jika, pertukaran
tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran langsung menuju peningkatan
perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya tidak dapat di prediksi, dinamis,
dan peningkatan perbedaan.
Helicy
meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan kesatuan bidang
lingkungan hidup manusia. Arah perubahan yang terjadi antara manusia dan
lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme yang
tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara melihat
manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan manusia yang
tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan menyajikan keragaman pola
tumbuh.
Perbandingan dengan Teori Lain
Prinsip-prinsip yang homeodinamik erat keterkaitannya
dengan prinsip teori terpilih. Sistem prinsip umum homeodinamik dari helicy
dapat dibedakan menjadi equifinaliti dan negenytropi. Equifinality berarti
bahwa sistem terbuka dapat mencapai keadaan waktu kemandirian kondisi awal dan
ditentukan hanya oleh parameter tujuan sistem itu. Prinsip negentropic mengatur
bahwa sistem terbuka memiliki mekanisme yang dapat memperlambat proses gerakan
menuju kurang efisiensi. Pertukaran lingkungan dapat memberikan dukungan untuk
mekanisme tersebut.
Misalnya, kasus Susie kembar identik dan Joanie.
Setelah ulang tahun mereka dua bulan, salah satu kembar, Susi, menghabiskan
enam minggu di kaki bilateral untuk mengobati cacat bawaan. Akibatnya Susie
dipertahankan di dataran tinggi, dan Joanie terus mengembangkan sepanjang sumbu
sekuensial. Susie mengalami pola perubahan perkembangan, perbedaan perkembangan
antara si kembar substansial, sedangkan pada bulan kedelapan perbedaan telah
sangat berkurang. Bagian equifinal dari perkembangan ini akan tercapai meskipun
lama. Perkembangan teori telah menunjukkan bahwa kompetensi bawaan bayi
berkembang melalui waktu.
Sebagai contoh, Erikson (1963) tahapan perkembangan
psikososial, dimulai dengan kepercayaan versus ketidakpercayaan dan otonomi
versus keraguan malu, melalui generativity
versus penyerapan diri dan integritas ego versus putus asa,
mengakui pertumbuhan ke depan dari seorang individu yang semakin
kompleks. Pembangunan adalah proses yang berkelanjutan dari mempelajari
tugas-tugas dasar pertama berjalan, makan, dan berbicara untuk mengontrol
fungsi tubuh untuk menyesuaikan diri dengan pensiun, dan / atau kematian
pasangan.
Contoh lain adalah Piaget (Piaget & Inhelder,
1969) konsep pengembangan intelektual. Kohlberg (1973) memvalidasi kerja
Piaget menemukan bahwa perkembangan moral dimulai ketika proses
berpikir bergeser dari sebelum operasi pada operasi
konkret. Kohlberg menemukan bahwa laki-laki berkembang melalui
serangkaian tahapan, dari hukuman premoral dan orientasi ketaatan pada
moralitas yang berprinsip dan orientasi prinsip universal etika. Giligan
(1982) telah menantang teori perkembangan dan pengecualian mereka pemikiran
perempuan dan pembangunan di presentasi pekerjaan mereka. Pengamatan Gilligan,pemikiran
yang mendukung model konseptual Roger keunikan manusia kesatuan.
Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991) model adaptasi
mungkin dapat diperlihatkan dengan kekonsistennya dengan sistem abstrak Roger.
Model postulat Roy menyatakan bahwa tingkat adaptasi individu merupakan fungsi
dari interaksi antara mekanisme adaptasi dan lingkungan. Adaptasi psikologi
terhadap stimulus lingkungan mengalami perubahan kedudukan seperti yang dialami
oleh pendaki gunung menunjukkan interaksi timbal balik antara individu dan
lingkungan. Perubahan stimultan pendaki gunung dan kenaikannya konsisten dengan
prinsip integral.
Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991), adaptasi
individu dari konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman sosial, yang mencerminkan
stimulus eksternal yang mengelilingi orang tersebut dan proses dari persepsi
dan pembelajaran sosial. Prinsip Rogers tentang dalil helicy, setiap interaksi
timbal balik yang baru meningkatkan perubahan inovatif. Sebagai contoh, seorang
wanita yang menjadi seorang istri sekaligus ibu mengembangkan diri konsep diri
yang konsisten dengan presepsi interaksi dengan suaminya dan anak-anaknya.
Ketika wanita itu menjadi mahasiswa, interaksinya dengan dosen, mahasiswa, dan
lingkungan kampus meningkatkan perubahan dan adaptasi dalam konsep-diri-nya.
Teori Rogers Dan Metaparadigma Lansia
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma
lansia. Dia menyajikan lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan
sebagai kesatuan yang dengan individualitas. Manusia secara kontinyu mengalami
pertukaran energi dengan lingkungan. Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa,
pikiran, sensasi, dan emosi. Manusia diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan
karakteristik dan perilaku yang berbeda dari bagian dan yang tidak dapat
diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian - bagiannya.
Lingkungan terdiri dari semua pola yang
ada di luar individu. Keduanya, individu dan lingkungan dianggap sistem
terbuka. Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan, energi lapangan
pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integral dengan bidang manusia
(Rogers, 1992).
Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu
dan humanistik kemanusiaan. Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan
dengan sifat dan arah pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam
proses perubahan sehingga orang dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992).
Kesehatan tidak secara khusus diatur,
Malinski (1986) dikutip dari komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara
bagian Rogers bahwa ia memandang kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini
menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan adalah
sebuah nilai.
Kegunaan
Prinsip Rogers Dalam Proses Keperawatan
Jika profesi
keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah
kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan
meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk
memperkuathubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan
pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan
(Rogers, 1992). Tujuan ini akan tercermin dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan.
Akibatnya,
hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992),
mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan
cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien,
bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan
ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua
orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan
kebutuhan.
Dalam tahap
keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan dikumpulkan.
Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data, informasi
yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau bagian
lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam keadaan yang
mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan beberapa
pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan
seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan mencerminkan
prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip
helicy.
Untuk
mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk
prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien
merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang
diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan
waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan
ini memuat semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu
memberikan perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi
perbedaan individu dan pola pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam
proses kehidupan. Penilaian keperawatan, adalah penilaian dari seluruh keadaan
manusia dan bukan penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau status mental.
Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan bukan
penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa
kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
Sebagai
hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses
keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola,
keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian
tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan
(Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan pola
kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar kegunaannya
dengan kerangka Roger karena cenderung mencerminkan pandangan yang lebih
tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi
sepanjang diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan
mungkin tidak tepat (Smith, 1988).
Dengan
membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan asuhan
keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam
lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini
akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu
dengan lingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit
sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani dengan
efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi, tindakan
penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan
kreatifitas.
Resonansi
mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau
memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu
ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak
maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi.
Program
keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai
ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan
hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dari klien dalam
asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak hanya tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu.
Kelemahan Rogers
tentang Homeodinamik
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan
tujuan universal, ada keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal.
Banyak orang mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun
asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap
abstrak. Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan
pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa
keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang
mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi operasional diperlukan
untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk pemilihan
instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat (Hardy, 1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan,
instrumen yang cukup akan menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada.
Tanpa instrumen tersebut, kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak
sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup
menggunakan atau menguji sistem yang membuat kesuksesan mengimplementasikan
kesulitan keperawatan. Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip
homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas.
Teori Rogers dan karakteristik Teori
1. Teori dapat
saling berhubungan menciptakan perbedaan pandangan suatu fenomena tertentu.
Teori keperawatan utamanya digunakan dalam prinsip homeodynamic untuk pelayanan
kemanusiaan memaksa untuk melihat keperawatan dengan cara berbeda.
2. Teori harus
murni logis. Pasti ada perkembangan logis dalam konstruksi utama. Hasil
perkembangan logis ini di proses dari identifikasi anggapan, melalui blok
bangunan, dengan prinsip homeodynamic.
3. Teori harus
relatif sederhana namun umum. Telah dinyatakan bahwa konsepsi Rogers manusia
yang elegan di dalamnya terdapat kesederhanaan (Fawcert, 1989). Namun, teori
jauh lebih sederhana dalam tingkat abstraksi dan berkontribusi pada kesulitan
pemahaman. Serta didasarkan pada penggunaan sistem terbuka yang kompleks.
4. Teori dapat
menjadi dasar untuk hipotesis yang dapat diuji untuk memperluas teori.
5. Teori
berkontribusi dan membantu meningkatkan pengetahuan umum tubuh dalam tanpa
menghilangkan kedisiplinan melalui penelitian yang dilakukan untuk memvalidasi
mereka. Teori ini dirancang untuk meminimalkan masalah penelitian, kurangnya
kesederhanaan, definisi operasional, dan instrumen yang valid untuk mengukur
hasil sehingga keperawatan benar-benar bisa mendapatkan keuntungan dari sistem
abstrak Roger.
6. Teori
digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan praktek mereka..
Ketika ide tersebut diaplikasikan untuk praktek keperawatan, pemahaman perilaku
klien mengambil dimensi baru. Selain itu, intervensi keperawatan seperti
sentuhan terapeutik dan penggunaan cahaya, warna, musik, dan gerakan telah
diturunkan dari ajaran Rogers.
7. Teori harus konsisten dengan validasi teori laim,
hukum, dan prinsip-prinsip. Sifat abstrak dari sistem menyediakan potensi besar
untuk menghasilkan pertanyaan untuk studi lebih lanjut dan yang berasal
intervensi untuk praktek keperawatan. Sistem Rogers juga telah berperan dalam
pengembangan teori-teori lainnya. Newman (1994) Parse dan (1992) karya dua
contoh tersebut.
2.3 Model Keperawatan Adaptasi ( Roy )
Dalam Sebuah
seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah
model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam
kerangka konsepnya yang sesuai dengankeperawatan. Dimulai dengan pendekatan
teori sistem. Roy menambahkankerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang
ahli fisiologis – psikologis. Untukmemulai membangun pengertian konsepnya.
Helsen mengartikan responadaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
tercapainya derajatadaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongantiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli dan residual stimuli.Roy mengkombinasikan teori adaptasi
Helson dengan definisi dan pandanganterhadap manusia sebagai sistem yang
adaptif. Selain konsep-konseptersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “
Humanisme” dalam modelkonseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk
menggali keyakinandan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam
keperawatan adalahkeyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkanderajat
kesehatan.Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja
dari ahli-ahlilain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961),
Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun,
model ini berkembangmenjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan, praktekkeperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi
keperawatandiimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda
keperawatan diMount Saint Mary’s College.
Sejak saat
it lebih dari 1500 staf pengajar danmahasiswa-mahasiswa terbantu
untuk mengklarifikasi, menyaring, danmemperluas model. Penggunaan model
praktek juga memegang perananpenting untuk klarifikasi lebih lanjut
dan penyaringan model.Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey
penelitian pada tahun1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara
dari modeladaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi
oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayaikemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnyatelah membantu perkembangan
kepercayaannya itu dalam keselarasan daritubuh
manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanyayang baru pada model adaptasi keperawatan.
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi
seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model
adaptasi Roy adalah :
1.
Manusia adalah
keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan
lingkungan.
2.
Manusia
menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
3.
Setiap orang
memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada
dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif
maupun negatif.
4.
Kemampuan
adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5.
Sehat dan sakit
merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Empat elemen
penting yang termasuk dalam Model Adaptasi Keperawatan adalah 1) manusia; 2)
lingkungan; 3) sehat; 4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian
yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Juga termasuk dalam elemen
penting pada konsep adaptasi.
1.
Manusia
Roy mengemukakan
bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia
dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia
didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka
dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan
antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk
beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan
menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang
umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan
mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan
usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator
dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependen.
2. Lingkungan
Lingkungan
digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan
masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan
sebagai stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu
dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, kontekstual dan
residual.
3. Sehat
Menurut Roy,
kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh
dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia
menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu
mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi
manusia. Jadi integrasi adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada
integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya
sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep
adaptasi.
Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan
manusia berespons terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah komponen pusat
dalam model adaptasi keperawatan. Di dalamnya menggambarkan manusia sebagai
sistem adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan
terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan
perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah
respons. Perubahan- perubahan itu adalah stresor atau stimulus fokal dan
ditengahi oleh faktor- faktor kontekstual dan residual. Bagian kedua adalah
mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau
inefektif.
Definisi dan Konsep Mayor Konsep Mayor yang membangun kerangka
konseptual model adaptasi Roy adalah:
1.
Sistem
adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan danmembentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,proses, output, dan
umpan balik.
2.
Derajat
adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,konstektual
dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapatberespon adaptif sendiri.
3.
Problem
adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadappenurunan atau
peningkatan kebutuhan.
4.
Stimulus
fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secaralangsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalahpresipitasi perubahan tingkah
laku.
5.
Stimulus
konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai danmemberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkanatau dirangsang oleh stimulus fokal.
6.
Stimulus
residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikankonstribusi terhadap perubahan tingkah
laku, akan tetapi belum dapat divalidasi.
7.
Regulator
adalah subsistem dari mekanisme koping dengan responotomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8.
Kognator
adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melaluiproses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan danbelajar.
9.
Model
efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,interdependensi dan konsep diri.
10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,pertumbuhan
reproduksi.
11. Fisiologis
adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar danbagaimana proses
adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit,aktivits dan
istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadapsuhu,
sensasi, dan proses endokrin.
12. Konsep diri
adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individudalam satu waktu
berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang laindan tingkah
laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (bodyimage dan sensasi
diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, idealdiri, atau harapan
diri, moral dan etika pribadi.
13. Penampilan
peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungandengan tugasnya di
lingkungan sosial.
14. Interdependensi
adalah hubungan individu dengan orang lain yang pentingdan sebagai support
sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana caramemelihara integritas
fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.Model Konseptual Adaptasi
roy Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan
adalah :
(1) manusia;
(2) Lingkungan;
(3)
kesehatan;
(4)
keperawatan.
Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian
yaitu tujua keperawatan dan aktivitaskeperawatan, juga termasuk dalam
elememn penting pada konsep adaptasi.Roy mengemukakan bahwa manusia
sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagaisistem adaptif, manusia dapat digambarkan
secara holistic sebagai satukesatuan yang mempunyai input, control, output, dan
proses umpan balik.Proses control adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan caraadaptasi. Lebih spesifik manusia di
definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasidalam empat cara adaptasi yaitu
: fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran,dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami
kekuatan danzat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif
manusia dapatdigambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat
sebagaisatu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional
secarakeseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan.
Sebagaisuatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input,
prosescontrol dan umpan balik serta output.Input pada manusia sebagai
suatu sistem adaptasi adalah dengan menerimamasukan dari lingkungan luar
dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.Input atau stimulus
termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpanbaliknya dapat
dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internalyang
mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusiayang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.Proses control
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanismekoping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistemkognator.
Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi
dalamhubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologis,konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a)
Model Fungsi Fisiologi
Fungsi
fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harusdipenuhi untuk mempertahankan
integritas, yang dibagi menjadi duabagian, model fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiridari 4 bagian yaitu :
1.
Oksigenasi : Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen dan prosesnya,yaitu ventilasi, pertukaran gas dan
transpor gas (Vairo,1984dalam Roy 1991).
2.
Nutrisi : Mulai dari proses ingesti
dan asimilasi makanan untukmempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan
dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy1991).
3.
Eliminasi : Yaitu ekskresi
hasil dari metabolisme dari instestinaldan ginjal. ( Servonsky, 1984
dalam Roy 1991)
4.
Aktivitas dan istirahat
: Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisikdan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsifisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semuakomponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.
Proteksi/ perlindungan : Sebagai
dasar defens tubuh termasukproses imunitas dan struktur integumen (
kulit, rambut dan kuku)dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi
dari infeksi,trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.
The sense / perasaan
: Penglihatan, pendengaran, perkataan,rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi denganlingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan
dalampengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.
Cairan dan elektrolit. :
Keseimbangan cairan dan elektrolit didalamnya termasuk air, elektrolit, asam
basa dalam seluler,ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistemfisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.(Parly,
1984, dalam Roy 1991).
8.
Fungsi syaraf / neurologis
: Hubungan-hubungan neurologismerupakan bagian integral
dari regulator koping mekanismeseseorang. Mereka mempunyai
fungsi untuk mengendalikandan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran
dan prosesemosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organtubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.
Fungsi endokrin : Aksi endokrin
adalah pengeluaran hormansesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan
danmengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyaiperan yang
signifikan dalam respon stress dan merupakan dariregulator koping mekanisme (
Howard & Valentine dalamRoy,1991).
b)
Model Konsep Diri
Model konsep
diri berhubungan dengan psikososial denganpenekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia.Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan
dengan integritas psikisantara lain persepsi, aktivitas mental
dan ekspresi perasaan. Konsepdiri menurut Roy terdiri dari dua komponen
yaitu the physical self danthe personal self.
1.
The physical self, yaitu
bagaimana seseorang memandangdirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya
dan gambarantubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada
saatmerasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atauhilang kemampuan
seksualitas.
2.
The personal self, yaitu
berkaitan dengan konsistensi diri, idealdiri, moral- etik dan spiritual
diri orang tersebut. Perasaancemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yangberat dalam area ini.
c)
Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola
- pola interaksi sosial seseorangdalam hubungannya dengan orang
lain, yang dicerminkan dalam peranprimer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorangdapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d)
Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian
akhir dari mode yang dijabarkanoleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling
memberi danmenerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan
dankemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.Ketergantungan ditunjukkan
dengan kemampuan untuk afiliasi denganorang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh
kemampuan berinisiatif untukmelakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.
Output dari manusia sebagai suatu
sistem adaptif adalah responinefektif. Respon-respon yang adaptif itu
mempertahankan ataumeningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif
ataumaladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan
balikrespon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada
manusiasebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah
mekanisme adaptasi ataukoping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melaluiperubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalahgambaran respon yang kaitannya dengan perubahan
pada sistemsaraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalahgambaran respon yang kaitannya dengan perubahan
kognitif danemosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran,dan membuat alasan dan emosional,
yang termasuk didalamnyamempertahankan untuk mencari bantuan.
Lingkungan digambarkan sebagai dunia
di dalam dan di luar manusia.Lingkungan merupakan masukan (input) bagi
manusia sebagai sistem yangadaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus
eksternal dan internal.Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga
jenis stimulus yaitu :fokal, konstektual, dan residual.Lebih luas lagi
lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi
keadaan, perkembangan dan perilaku manusiasebagai individu atau kelompok.
2.4 Model Praktek Keperawatan (Neuman’s)
Betty Neuman (1972) mendefinisikan
manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan
sistem terbuka (Marriner-Tomey, 1994). Bagi Neuman, manusia merupakan makhluk
dengan kombinasi kompleks yang dinamis dan fisiologis, sosiokultural, dan
variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem
terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh
lingkungan, yang digambarkan sebagai stresor (Chinn dan Jacobs, 1995).
Lingkungan internal terdiri dari segala
sesuatu yang mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien.
Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri klien
(interpersonal). Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien untuk menciptakan
lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang disadari
maupun yang tidak disadari (Reed, 1995). Tiap lingkungan memiliki kemungkinan
terganggu oleh stresor yang dapat merusak sistem. Model Neuman mencakup stresor
intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal (Neuman, 1982, 1995;
Marriner-Tomey, 1994).
Neuman meyakini bahwa keperawatan
memperhatikan manusia secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu
individu, keluarga dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat
kesehatan yang optimal (Neuman dan Young, 1972). Perawat mengkaji, mengatur,
dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang
mempengaruhi respon klien terhadap stresor (Chinn dan Jacobs, 1995). Tindakan
perawatan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan
primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi
faktor-faktor yang potensial dan aktual terjadi akibat stresor tertentu.
Pencegahan sekunder berfokus pada
penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan
rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, sedangkan pencegahan tersier
berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari pencegahan tersier adalah
untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan
kesehatan dan untuk membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama
(Neuman, 1982; Torres, 1986; Marriner-Tomey, 1994; Chinn dan Jacobs, 1995).
Asumsi-asumsi
Dasar
Terdapat sepuluh asumsi dasar yang menjadi landasan
kerangka kerja konseptual teori Neuman, yaitu:
1.
Klien secara individu atau kelompok
merupakan sebuah system, klien yang bersifat unik, namun masing-masing system
merupakan dari faktor-faktor yang sering kita jumpai dan kita gabungkan tentang
karakteristik-karakteristi pembawaan kita pada sejak lahir dalam kisaran respon
normal yang diberikan tuhan yang terdapat dalam sebuah struktur dasar.
2.
Banyak terdapat stressor (penyebab
ketegangan), baik yang diketahuai maupun yang tidak diketahui dan berasal dari
lingkungan universal. Masing-masing stressor berbeda dalam hal potensialnya
yang mengganggu tingakat kesetabilan yang sedang dialami klien, atau mengganggu
batas ketahanan normal. Hubungan antar variabel klien yakni variable
fisiologis, psikologi, social budaya, perkembangan dan spritual, pada kondisi
apapun setiap saat dapat mempengaruhi tingakat dimana seorang klien terlindungi
oleh batas ketahanan fleksibel dalam mnehahadapi reaksi yang mungkin terjadi
terhadap suatu stressor tunggal atau kombinasi dari berbagi stressor.
3.
Tiap klien telah mengembangkan
kisaran respon normal terhadap lingkungan. Kisaran respon ini sebagai bentuk
garis pertahanan normal.
4.
Garis fleksibel pertahanan tidak
mampu lagi berfungsi sebagai perlindungan klien terhadap stresor lingkungan
apabila terdapat sesuatu yang mempengaruhinya
5.
Karena stresor merusak garis
pertahanan normal. Variabel antar hubungan (psikologi, fifiologi, sosial
budaya, perkembangan, dan spiritual) menentukan tingkat sistem reaksi atau
reaksi terhadap stressor yang mungkin timbul.
6.
Klien, baik sehat maupun sakit,
merupakan bagian yang dinamis dalam variabel antara hubungan (interrelationship
of variables)
7.
Pelengkap (implisitas) dalam tiap
sistem klien adalah sekumpulan faktor perlawanan internal dikenal sebagai garis
perlawanan (lines of resistence) yang fungsinya menstabilkan dan mengembalikan
keadaan klien embali seperti semula (pada posisi garis pertahanan normal)
maupun membantu klien ke tingkat stabilitas yang lebih tinggi.
8.
Pencegahan primer menghubungkan
pengetahuan umum yang diaplikasikan dalam penilaian (assesment) klien dan
intervensi dalam pengidentifikasi dan pengurangan faktor-faktor. Indentifikasi dan
pengurangan faktor resiko tersebut berhubungan dengan stresor lingkungann dalam
mencegah reaksi yang mungkin terjadi.
9.
Pencegahan sekundur berhubungan
dengan simptomatologi yang mengikuti reaksi terhadap stresor, pengurutan
prioritas intervensi, dan perlakuan untuk mengurangi pengaruh yang berbahaya.
10.
Pencegahan tersier dengan proses
penyesuaian sebagai upaya penyusunan kembali dan pertahanan yang mengembalikan
pasien kedalam lingkungan melalui pencegahan primer.
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi
tekanan di batas normal. Garis pertahanan menurut Neuman’s terdiri dari garis
pertahanan normal, garis resistensi dan garis pertahanan fleksibel. Garis
pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan
stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena
adanya stressor yang disebut wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain itu
ada berbagai stressor yang dapat menginvasi garis pertahanan normal jika garis
pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu
terjadi.
Maka sistem klien akan bereaksi dengan menampakan
adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem
untuk mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari
beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan
tahap perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis
pertahanan fleksibel. Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon
awal atau perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau
mendekat pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan
meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk
mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis
pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis
dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari
berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan
spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri
fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.
Paradigma Terhadap Empat Konsep Sentral
a).
Individu/Manusia
Pada teori Neuman, individu merupakan suatu sistem
terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu
kesatuan dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual.
b).
Masyarakat/Lingkungan
Model teori neuman ini adalah konsep dimana manusia
berhubungan konstan (tetap) terhadap lingkungannya. Dapat di defenisikan
lingkungan sebagai tekanan internal dan eksternal bagi manusia. Neuman
menyatakan bahwa pembentukan lingkungan adalah dinamis dan mewakili mobilitas
bahwa sadar klien ( termasuk di dalamnya faktor energi, melalui integrasi dan
stabilitas system).
c).
Kesehatan
Kesehatan
adalah keadan yang adekuat dalam suatu sistem stabilitas yang merupakan keadaan
yang baik. Sehat adalah kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dan sehat merupakan kesimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan menghindari dan mengatasi stresor.
d).
Keperawatan
Neuman memandang keperawatan sebagai profesi unik
karena berhubungan dengan variabel (sesuatu tang dapat berubah) yang
mempengaruhi respon manusia terhadap stressor, dengan perhatian utama pada
manusia secara keseluruhan. Neuman menyatakan bahwa perawat membantu individu,
keluarga, dan kelompok dalam memperoleh dan menjaga kesehatan melalui campur
tangan dan perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, Negara, dll).
Pendekatan Proses Keperawatan
Neuman memandang perawat sebagai profesi yang unik
yang berhubungan dengan semua variabel yang mempengaruhi sistem respon terhadap
stresor. Yang menjadi pusat keperawatan adalah individu atau klien secara total
dengan tujuan utama yaitu stabilitas klien. Pandangan ini direfleksikan dengan
membuat proses keperawatan menjadi sitematik. Prinsip-prinsip yang mendasarinya
yaitu :
1). Assesment
yang baik yang memerlukan pengetahuan tentang semua faktor yang mempengaruhi
tanggapan klien.
2). Arti
stresor yang diakui oleh klien dan pengasuh
3). Faktor yang dirasakan pengasuh dan mempengaruhi
perkiraan (assesment) situasi pasien.
2.5 Model Keperawatan Perilaku (Johnson)
Teori Dorothy Johnson tentang
keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi
sakitnya dan bagaimana stres aktual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan
beradaptasi. Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan stress sehingga klien
dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori
Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokan perilaku
berikut:
1. Perilaku
mencari keamanan.
2. Perilaku
mencari perawatan.
3. Menguasai
diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi.
4. Mengakomodasi
diet dengan cara yang diterima secara sosial dan kultural.
5. Mengeluarkan
sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan kultural.
6. Perilaku
seksual dan identitas peran.
7. Perilaku
melindungi diri sendiri.
Menurut Johnson, perawat mengkaji
kebutuhan klien berdasarkan kategori perilaku di atas, yang disebut sub-sistem perilaku. Dalam kondisi
normal klien berfungsi secara efektif di dalam lingkungannya. Akan tetapi
ketika stres mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak dapat
diduga dan tidak jelas. Perawat mengidentifikasi ketidakmampuan beradaptasi
seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.
A.System perilaku (behavioral
system)
System perilaku mencakup pola, perulangan dan
cara-cara bersikap dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk
unit fungsi teroraganisasi dan terintegrasi yang menentukan dan membatasi
interaksi antara seseorang dengan lingkunganya dan menciptakan hubungan
seseorang dengan obyek, peristiwa dan situasi dengan lingkunganya . biasanya
sikap daqpat digambarkan dan dijelaskan. Manusia sebagai system perilaku
berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan pengaturan dan
adaptasi yang berhasil pada beberapa tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas
suatu fungsi. System biasanya cukup fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang
diakibatkan.
B. Subsistem
Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk
dikerjakan, bagian-bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan
tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan “system kecil dengan tujuan khusus
sendiri dan berfungsi dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem
lain atau lingkungan tidak diganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh
Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated).
Motivasi mengendalikan langsungaktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah
secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system
yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di control oleh factor
biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah
attachment-affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement
dan aggressive.
1.Subsistem
attachement-affiliative.
Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang
paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi
social. Pada tingktan umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan
keamanan (security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan
(intimacy) dan susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
2. Subsistem
dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu
mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan . konsukuensinya
adalah bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik.
Pengembanganya, perilaku dependency berybah dari hamper, bergantung total
kepada orang lain kea rah bergantung total kepada orang lain kearah
bergantungkepada diri sendiri dengan derajat yang lebih besar . jumlah
interpedency tertentu adalah penting untuk kelangsungan kelompok social
3. Subsistem
biologis
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan
dengan kapan, bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan
dan kapan, bagaimana dan dengan komdisi apa kita makan dan dengan kondisi apa
kita buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan social dan psikologis seperti halnya
pertimbangan biologis.
4. Subsistem
seksual
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil
(procreation) dan kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi.
Courting dan mating, system respon ini dimulai dengan perkembangan identitas
jenis kelamin dan termasuk (dalam cakupan yang luas)perilaku-perilaku berdasar
prinsip jenis kelamin.
5. Subsistem
agresif
adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan
(preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti
Lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap
perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki maksud utama
membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat meminta batasan-batasan
tersebut diletakkan pada mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta
milik mereka dihormati dan dilindungi.
6. Subsistem
achievement
Subsistem achievement berusaha
memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi
atau lingkungan pada beberapa standar kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi
termasuk kemampuan intelektual , fisikis, kreatif, mekanis dan sosial.
Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain
yang menggambarkan lebih jauh teori manusia sebagai
system perilaku(behavioral system). Halo yang membedakan antara apa yang
ada di dalam dan apa yang di luar system adalah ikatan (boundary). Ini
merupakan titik (point) dimana system memiliki control kecil atau pengaruh pada
hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan “ sebagai kondisi akhir yang stabil
tetapi lebih atau kurang kekal, dimana didalamnya individu berada dalam
keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkunganya.
Homeostasis adalah proses menjaga stabilitas dalam
system perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaansuatu level atau daerah perilaku
tertentu yang dapat diiterima. Ketidakstabilan (instability) terjadi saat
system mengalami overcompensate berkaitan dengan strees (tekanan). Ketika
output energi tambahan digunakan untuk menjaga stabilitas dikosongkan .
stressor adalah stimulan eksternal dan internal yang menghasilkan
tegangan(tension) dan menyebabkan ketidakstabilan . tensi adalah kondisi dalam
keadaan tegang atau kendor . ia disebabkan karena disequilibrium dan merupakan
sumber potensi perubahan.
Model Konsep
Dan Teori Keperawatan Johnson
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson
adalah dengan pendekatan system perilaku, dimana individu dipandang sebagai
sitem perilakuyang selalu ingin mencapai keseimgangan dan stabilitas, baik di
lingkungan internal maupun eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur
dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkanya. Sebagi suatu system ,
didalamnya terdapat komponen sub system yang membentuka system tersebut,
diantaranya komponen sub system yang membentuk system perilaku menurut Johnson
adalah
1. Ingestif,
yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenagan dalam
pencapaian pengakuan dari lingkungan.
2. Achievement,
merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan yang kreatif.
3. Agresif,
merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan berbagai
ancaman yang ada di lingkungan.
4. Eliminasi,
merupakan bentuk pengelauran segala sesuatu dari sampah atau barang yang
tidak berguna secara biologis
5. Seksual,
digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.
6. Gabungan/tambahan,
merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan
yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan social, keamanan, dan
kelangsungan hidup.
Ketergantungan, merupakna bagian yang membentuk system
perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Berdasarkan sub system tersebut diatas, maka akan
terbentuk sebuah system perilaku individu, sehingga Johnson memiliki pandangan
bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi
sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan system perilaku tersebut. Klien
dalamhal ini adalaha manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan
terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian
dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu
berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
Asumsi-Asumsi
A. Perawatan
(nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah
tinmdakan eksternala untuk memberikan organisasi perilakupasien ketika pasien
dalam kondisi strres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau
dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum
dan selama gangguan keseimbangan system dan karenanya membutuhkan pengetahuan
tentang order, disorder dan control. Aktivitas perawatan tadak bergantung pada
wewenang medis tetapi bersifat pelengkap(komplementer) bagi medis/ pengobatan.
B. Orang
(person)
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku
dengan pola, pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang
menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia
membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system
dari bagian-bagian interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan
untuk menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system
adalah penting untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan
yang rendah mengganggu keseimbangan sistemt perilaku , integritas manusia
terancam. Usaha-usaha mausia untuk menbangun kembali keseimbangan membutuhkan
pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk
membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.
C. Kesehatan(health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang
sulit dipahami(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor
biologis, psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang
diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person bukanya
penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi,
saling ketergantungansubsistem –subsistem dari system perilaku. Manusia
berusaha mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku
fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau
fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system
membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang
lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
D.
Lingkungan
Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh
factor yang bukan bagian system perilaku individu tetapi hal itu
mempengaruhi system, dan dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai
kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk
berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga
equilibrium dalam respon terhadap factor lilngkungan dengan mengatur dan
adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya. Gayalingkungan yang kuat
secara berlebihan mengganggu keseimbangan system perilaku dan mengancam
stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu dibutuhkan supaya system
membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi tekanan-tekanan berikutnya. Ketika
lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang
baik.
2.6 Model Keperawatan Budaya (Leininger)
Teori ini
berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. Leininger dikembangkan
dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang
didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang
melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting
memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural
shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring
adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan
dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
2. Konsep dalam Transkultural Nursing
a. Budaya
Adalah norma
atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai
budaya
Adalah
keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan
keputusan.
c. Perbedaan
budaya
Dalam asuhan
keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan,
mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris
Diantara
budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
e. Etnis
Berkaitan
dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut
ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Adalah
perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia.
g. Etnografi
Adalah ilmu
yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara
keduanya.
h. Care
Adalah
fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia.
i. Caring
adalah
tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural
Care
berkenaan
dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi
yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal
imposition
berkenaan
dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan
nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
3. Paradigma
Transkultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu :
a.Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b.Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
-. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien
tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien
sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi
-. Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang.
-. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya
yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
4. Proses
keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger
dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1.
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2.7 Model Keperawatan Kebutuhan ( Henderson )
Teori
keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson,1995) mencakup seluruh
kebutuhan dasar orang manusia. Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan
sebagai:
Membantu individu yang sakit dan
yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap
kesehatan dan penyembuhannya..dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu
mendapatkan kemabali kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, seringkali
disebut 14 kebutuhan dasar Henderson,
memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson,1996):
1.
Bernapas secara normal
2.
Makan dan minum cukup
3.
Eliminasi
4.
Bergerak dan
mempertahankan posisi yang dikehendaki
5.
Isitirahat dan tidur
6.
Memilih cara
berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian
7.
Mempertahankan
temperatur tubuh dalam rentang normal
8.
Menjaga tubuh tetap
bersih dan rapi
9.
Menghindari bahaya dari
lingkungan
10. Berkomunikasi
dengan orang lain
11. Beribadah
menurut keyakinan
12. Bekerja
yang menjanjikan prestasi
13. Bermain
dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar,
menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan
kesehatan normal
Tujuan Keperawatan: Untuk bekerja secara mandiri dengan
tenaga pemberi pelayanan kesehatan (Marriner-Torney, 1994), membantu klien
untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Kerangka Kerja
Praktik: Praktik keperawatan membentuk klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar
Henderson (Henderson, 1966).
Penggunaan Bukti-Bukti Empiris
Henderson
menggabungkan prinsip-prinsip fisiologis dan psikologis dalam konsepnya sendiri tentang nursing. Latar
belakangnya dalam bidang ini berasal dari persahabatannya
dengan Stackpole dan Thorndike selama
studi sarjananya di Teacher’s College.
Stackpole
mendasarkan kursus fisiologinya pada diktum Claude Bernard bahwa kesehatan bergantung pada
pemeliharaan getah bening (lymph) yang konstan di sekitar sel. Dari teori Bernard, dia juga mendapatkan
pengetahuan pengobatan psikosomatik
dan implikasinya terhadap perawatan. Dia menyatakan ”sangat jelas bahwa kesetimbangan emosional tidak bisa di
pisahkan dengan kesetimbangan fisiologis,
saya menyadari jika emosi merupakan interprestasi kita sesungguhnya atas respon sel-sel terhadap fluktuasi komposisi
kimiawi cairan-cairan sel.
Henderson
mengenali teori-teori tepat yang didukung Throndike, hanya karena semua itu melibatkan
kebutuhan-kebutuhan mendasar manusia. Meski Henderson
tidak menyebut Maslow sebagai seorang yang mempengaruhinya, dia menjelaskan teori motivasi manusianya (human
motivation). Maslow dalam Principles
and Practice of Nursing and practice of Nursing Care edisi keenam ditahun 1978.
Penegasan-Penegasan Teoritis
- Hubungan Perawat Pasien
Tiga tingkatan hubungan perawat pasien dapat di kenali :
Tiga tingkatan hubungan perawat pasien dapat di kenali :
1.
perawat
sebagai substitute (pengganti) bagi
pasien.
2. perawat
sebagai helper (penolong)
3. perawat
sebagaipartner (rekan) dengan pasien.
Pada saat-saat penyakitnya gawat, perawat
kelihatan seperti “pengganti apa-apa yang pasien kekurangan untuk membuatnya
menjadi lengkap, utuh, atau bebas karena berkurangnya kekuatan fisik, kemauan
atau pengatahuan. Selama kondisi pemulihan (convalescence), perawat
membantu pasien meraih atau
mendapatkan kembali kemandiriannya. Henderson menyatakan “kemandirian adalah yang relatif. Tidak ada satupun
dari kata tidak bergantung dengan yang lain, tetapi kita berusaha keras bagi saling bergantung meraih kesehatan,
bukan bergantung dalam sakit. Perawat harus bisa mencermati tidak hanya
kebutuhan-kebutuhan pasien, tetapi juga
kondisi-kondisi tersebut dan kondisi patologis yang merubahnya.
Perawat
dapat mengubah lingkungan dimana dia anggap perlu. Henderson percaya di setiap situasi para perawat
yang mengetahui reaksi-reaksi fisiologis dan psikologis terhadap suhu dadan, cahaya dan warna. Perawat dan pasien selalu berusaha mencapai
satu tujuan, apakah berupa kesembuhan
atau kematian yang damai. Salah satu tujuan perawat harus menjaga hari-hari pasien se normal mungkin.
Menjadikan sehat adalah tujuan penting alinnya oleh si perawat.
- Hubungan Perawat Dokter
Henderson
menuntut tugas unik yang di miliki perawat dari para dokter. Rencana perawatan,
yang di rumuskan oleh perawt dan pasien bersama-sama, harus di jalankan dengan
suatu cara untuk mengusulkan rencana pengobatan yang di tentukan dokter.
Perawat
sebagai anggota tim medis. Pekerjaan-pekerjaan perawat saling bergantungan dengan pekerja-pekerja kesehatan lainnya. Perawat dan anggota tim lainnya saling membantu menjalankan
program perawatan penuh, tetapi mereka sebaiknya
tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan milik orang lain. Henderson mengingatkan kita ”tidak seorang pun di
dalam tim memberi beban kepada anggota lainnya,
dimana siapapun mereka tidak sanggup untuk melakukan tugas khususnya tersebut.
BAB 3
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Keperawatan merupakan bagian penting dari masyarakat
dimana keperawatan dikembangkan dari masyarakat dan terlibat penuh didalamnya.
Keperawatan berespons terhadap kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat, yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, social, dan budaya.
Definisi keperawatan menggambarkan perubahan dalam
praktik keperawatan dan membantu mengatasi perubahan dengan cara
mengidentifikasi ranah praktik keperawatan dan tuntunan penelitian, praktik dan
pendidikan. Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep
dan teori keperawatan.
Model konsep dan teori keperawatan memberikan
pengetahuan untuk meningkatkan praktik, penuntun penelitian, dan kurikulum
keperawatan dan mengidentifikasi ranah dan tujuan praktik keperawatan.
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai
individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin
yang spesifik sedangkan teori keperawatan didefinisikan sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.
Dengan adanya kerangka konsep dan teori keperawatan
melahirkan aplikasi proses keperawatan yang menuntut perawat untuk menjalankan
fungsi dan peranannya yang meliputi pemberian perawatan, pembuat keputusan,
pelindung, advocate bagi klien, menajer kasus, rehabilitator, pemberi rasa
nyaman, komunikator dan pendidik. Dalam hal ini proses berlangsung secara sistematis,
bertahap dan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar