Minggu, 17 November 2013

Model-model Konseptual Keperawatan

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1       Model Keperawatan Self Care (Orem)
Dalam Teori keperawatan bila kita perhatiakan, kesemuanya teori tersebut akan berorientasi pada satu bidang cakupan dalam keperawatan. Misalkan Nightingale menyoroti masalah lingkungan, Henderson lebih pada pemenuhan kebutuhan dasarnya, selain itu ada juga teori yang berorientasi pada otimalisasi peran klian dalam proses penyembuhanya. kesemua teori tersebut bersinergi dalam membentuk suatu sistem yang holistik dengan penjelasan masalah yang detail. Sehingga mampu memberikan konstribusi dalam memberikan arah asuhan.
Salah satu teori yang terenal dengan pemandirian klien  adalah Dorotea Orem (1971). Orem yang terkenal dengan Self-Care Dependent-Care Nursing. Dalam pandangan Orem bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Tapi pada situasi tertentu kemampuan itu tidak bisa tampil. Disinilah teori Orem akan menjelaskan bahwa, kebutuhan manusia apapun kondisinya adalah sama, tergantung bagaimana individunya memenuhi kebutuhan itu. Bila kebutuhanya terpenuhi dengan baik maka tidak akan ditemukan masalah. Berbeda dengan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhanya makan akan mengalami deficiet.
Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan alami setiap klien dalam memenuhi kebutuhanya. Peran perawat dalam teori merupakan sebagai agen yang mampu membantu klien dalam mengembalikan peranya sebagai self care agency. Sistem yang dibangun dari tiga teori utama ini mampu menghasilkan kolaborasi pelayanan keperwatan yang unik. Tidak hanya dari prosesnya, tapi juga dari hasilnya akan mampu membuat klien mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya.
Teori ini mampu memberikan tentang bentuk asuhan yang harus diberikan pada klien pada keadaan tertentu. antara klien dan perawat harus memiliki pemahaman tentang pendangan self-care. Proses yang lebih bertumpu pada pelayanan terapeutik yang mandiri dengan melibatkan setiap individu agar mampu melkuanya secara mandiri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri dari:
1.  Air (udara): pemelihraan dalam pengambian udara.
2.  Water (air): pemeliaraan pengambilan air
3.  Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
4.  Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
5.  Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
6.  Solitude and Social Interaction ( kesendirian dan interaksi sosial): pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
7.  Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat .
8.  Promotion of Normality
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperwatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya:




Teori Self Care meliputi:
1.         Self Care Agency, merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
2.         Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
3.         Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Reuisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
4.         Self Care Defisit, merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.




Aplikasi Model Keperawatan Orem
Aplikasi Model Keperawatan Orem, dapat dilihat dari contoh kasus berikut. Contoh kasus:
Tn. J (50 th), didiagnosis DM tipe 2. Dia memiliki riwayat hipertensi dan dia seorang perokok berat (30 batang per hari).
Perawatan yang dapat diberikan kepada Tn. J berdasarkan model keperawatan Orem adalah:
1.    Air (educative/supportif). Perawat harus mampu memberikan informasi tentang hubungan hipertensi dengan merokok.
2.    Water (educative/supportif). Perawat harus mampu meyakinkan adanya hydration-risk yang cukup dari polydipsia yang memicu hyperglycaemia (kadar gula yang tinggi dalam darah)
3.    Food (partial compensatory). Perawat memberikan diet yang cocok untuk hipertensi dan diabetes, serta mengontrol gula darah setelah makan.
4.    Elimination (educative/supporif). Klien membutuhkan monitoring.
5.   Activity and Rest (adecative/ suportif). Perawat menginformasikan pada pasien tentang kegiatan yang cocok untuk pasien diabetes.
6.    Solitude and Social Interaction (partial compensatory). Interaksi social dengan perawat dapat memberikan perubahan interaksi dan tingkah sosial.
7.    Hazard Prevention (partial compensatory). Perawat memberikan pendidikan pada pasien tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan yang akan diambil oleh pasien.
8.    Promote Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat membantu pasien untuk mengembalikan pola hidup pasien, sehingga menjadi normal kembali.
2.2       Model Keperawatan Human Beings (Rogers’)
Dalam teorinya, Martha Rogers (1970) mempertimbangkan manusia (kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu dengan alam semesta. Manusia berada dalam interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan (Lutjens, 1995). Selain itu, manusia merupakan satu kesatuan utuh, memiliki integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar gabungan beberapa bagian (Rogers, 1970). Manusia yang utuh merupakan “empat sumber dimensi energi yang diidentifikasikan oleh pola dan manifestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat ditinjau berdasarkan bagian pembentuknya” (Marriner-Tomey, 1994).
Keempat dimensi yang digunakan oleh teori Rogers: sumber energi, keterbukaan, keteraturan dan pengorganisasian, dan empat dimensionalitas manusia – digunakan untuk prinsip mengenai bagaimana manusia berkembang.
Pada intinya Rogers memandang keperawatan sebagai ilmu dan mendukung adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu, keperawatan mengembangkan pengetahuan dari ilmu-ilmu dasar dan fisiologi, begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri:
Ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari pengetahuan abstrak untuk mengembangkan penelitian ilmiah dan analisis logis dan kemampuan menerapkannya dalam praktik keperawatan. Inti pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru mengenai keperawatan. Keperawatan merupakan ilmu tentang humanistik.


Keperawatan menurut Rogers
Ilmu perawatan adalah sesuatu yang humanistik dan suatu ilmu pengetahuan yang berperikemanusiaan yang mengarah pada gambaran dan menjelaskan manusia utuh yang sinergis dan dalam mengembangkan penyamarataan yang hipotetis dan prinsip bersifat prediksi basis ke praktek. Ilmu pengetahuan dari keperawatan adalah suatu ilmu pengetahuan dari humanistik dan ilmu pengetahuan dari manusia tidak dapat diperkecil lagi dan lingkungan mereka.          
Asumsi Dasar Rogers
Menurut Rogers ( 1970) ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu:
1.    Pertama, manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan ini , menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini.
2.    Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi
3.    Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya adalah.
4.    Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu alam semesta yang kreatif dan dinamis.
5.    Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir, sensasi dan emosi. Hanya manusia yang mampu untuk berfikir menjadi siapa dan keluasan dari alam semesta ini.

Berdasarkan kelima asumsi tersebut ada empat pelindung yang menghalangi identifikasi oleh Rogers energi dasar, keterbukaan, pola, dan sifat pandimensional. Suatu konsep yang keduanya menghidupkan dan mematikan lingkungan, energi dasar tidak punya batasan-batasan; mereka tak terpisahkan, menyebar tanpa batas, dan dinamis. Bidang ini bersikap terbuka, membiarkan pertukaran dengan bidang lainnya. Simpangan diantaranya dan selama energi dasar memiliki pola yaitu merasa seperti gelombang tunggal; pola ini tidak sulit tetapi berubah sesuai kondisi. Pertukaran terjadi di dalam pandimensional sebuah bidang tidak segaris yaitu tidak terbatas oleh tempat dan waktu. Dengan pelindung ini sebagai dasarnya, kesatuan manusia didefinisikan seperti sesuatu yang tidak dapat diperkecil lagi, tidak dapat dibagi, pandimensional energi dasar diidentifikasikan dengan pola dan manifestasi karakterikstik yang berbeda dari bagian-bagian itu dan tidak bisa diprediksi oleh pengetahuan dari bagian-bagian tersebut.
Terdapat persamaan kekuatan antara anggapan dasar Roger dan sistem teori umum lainnya. Menurut von Bertalanffy (1968), sebuah sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang dihubungkan, wujud manusia dan lingkungannya. Seperti sebuah sistem hidup dan energi dasar, individu memiliki kecakapan dalam memanfaatkan energi dan informasi dari lingkungan dan energi bebas dan informasi kepada lingkungan.
Teori sistem umum adalah keseluruhan pengetahuan umum. Berkaitan dengan masalah organisasi, fenomena yang tidak ditetapkan pada masalah individu dan dinamika interaksi diwujudkan dalam tingkah laku yang berbeda ketika diasingkan. Jadi, keseluruhan anggapan dan pola hasil kompleks bangunan.
Dengan menggunakan 5 anggapan dan perlindungan sebagai dasar, proses hidup di dalam badan manusia menjadi sebuah fenomena, dari keberlanjutan dan dari dinamika dan pertukaran kreatifitas, yang mempunyai kesatuan kepemilikan. Itu dibedakan dari lingkungan dan kejadian dalam pandimensional. Karena individu adalah penerima pelayanan perawat, proses kehidupan manusia intinya di sekitar perawat. Menurutt Rogers (1970,1988,1992), pengetahuan perawat adalah pembelajaran manusia dan bidang lingkungannya dan langsung pada pendeskripsian proses kehidupan manusia dan menjelaskan dan memprediksi alam dan langsung pada perkembangannya.
Teori Roger: Prinsip Homeodinamik
Prinsip homeodinamika terdiri dari 3 pemisahan prinsip – integral, resonansi dan helicy Roger (1970,1988, 1992). Dengan kombinasi prinsip homeodinamika dan konsep manusia dari definisi perawat, sebuah teori menyatakan dapat dijadikan dalil. Sebuah teori yang tepat mungkin menyatakan jika perawat menggunakan prinsip homeodinamika untuk melayani umat manusia.
1.         Integral
Prinsip pertama adalah integral. badan manusia dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral adalah kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.
2.         Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam antara manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia dan bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu. Pengalaman manusia di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi mereka dengan dunia istirahat
3.         Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada manusia- lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran ini juga mengalami pembaharuan. Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan kesatuan bidang lingkungan hidup manusia. Arah perubahan yang terjadi antara manusia dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara melihat manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan menyajikan keragaman pola tumbuh.
Perbandingan dengan Teori Lain
Prinsip-prinsip yang homeodinamik erat keterkaitannya dengan prinsip teori terpilih. Sistem prinsip umum homeodinamik dari helicy dapat dibedakan menjadi equifinaliti dan negenytropi. Equifinality berarti bahwa sistem terbuka dapat mencapai keadaan waktu kemandirian kondisi awal dan ditentukan hanya oleh parameter tujuan sistem itu. Prinsip negentropic mengatur bahwa sistem terbuka memiliki mekanisme yang dapat memperlambat proses gerakan menuju kurang efisiensi. Pertukaran lingkungan dapat memberikan dukungan untuk mekanisme tersebut.

Misalnya, kasus Susie kembar identik dan Joanie. Setelah ulang tahun mereka dua bulan, salah satu kembar, Susi, menghabiskan enam minggu di kaki bilateral untuk mengobati cacat bawaan. Akibatnya Susie dipertahankan di dataran tinggi, dan Joanie terus mengembangkan sepanjang sumbu sekuensial. Susie mengalami pola perubahan perkembangan, perbedaan perkembangan antara si kembar substansial, sedangkan pada bulan kedelapan perbedaan telah sangat berkurang. Bagian equifinal dari perkembangan ini akan tercapai meskipun lama. Perkembangan teori telah menunjukkan bahwa kompetensi bawaan bayi berkembang melalui waktu.
Sebagai contoh, Erikson (1963) tahapan perkembangan psikososial, dimulai dengan kepercayaan versus ketidakpercayaan dan otonomi versus keraguan malu, melalui generativity versus penyerapan diri dan integritas ego versus putus asa, mengakui pertumbuhan ke depan dari seorang individu yang semakin kompleks. Pembangunan adalah proses yang berkelanjutan dari mempelajari tugas-tugas dasar pertama berjalan, makan, dan berbicara untuk mengontrol fungsi tubuh untuk menyesuaikan diri dengan pensiun, dan / atau kematian pasangan.
Contoh lain adalah Piaget (Piaget & Inhelder, 1969) konsep pengembangan intelektual. Kohlberg (1973) memvalidasi kerja Piaget menemukan bahwa perkembangan moral dimulai ketika proses berpikir bergeser dari sebelum operasi pada operasi konkret.  Kohlberg menemukan bahwa laki-laki berkembang melalui serangkaian tahapan, dari hukuman premoral dan orientasi ketaatan pada moralitas yang berprinsip dan orientasi prinsip universal etika. Giligan (1982) telah menantang teori perkembangan dan pengecualian mereka pemikiran perempuan dan pembangunan di presentasi pekerjaan mereka.  Pengamatan Gilligan,pemikiran yang mendukung model konseptual Roger keunikan manusia kesatuan. 


Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991) model adaptasi mungkin dapat diperlihatkan dengan kekonsistennya dengan sistem abstrak Roger. Model postulat Roy menyatakan bahwa tingkat adaptasi individu merupakan fungsi dari interaksi antara mekanisme adaptasi dan lingkungan. Adaptasi psikologi terhadap stimulus lingkungan mengalami perubahan kedudukan seperti yang dialami oleh pendaki gunung menunjukkan interaksi timbal balik antara individu dan lingkungan. Perubahan stimultan pendaki gunung dan kenaikannya konsisten dengan prinsip integral.
Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991), adaptasi individu dari konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman sosial, yang mencerminkan stimulus eksternal yang mengelilingi orang tersebut dan proses dari persepsi dan pembelajaran sosial. Prinsip Rogers tentang dalil helicy, setiap interaksi timbal balik yang baru meningkatkan perubahan inovatif. Sebagai contoh, seorang wanita yang menjadi seorang istri sekaligus ibu mengembangkan diri konsep diri yang konsisten dengan presepsi interaksi dengan suaminya dan anak-anaknya. Ketika wanita itu menjadi mahasiswa, interaksinya dengan dosen, mahasiswa, dan lingkungan kampus meningkatkan perubahan dan adaptasi dalam konsep-diri-nya.

Teori Rogers Dan Metaparadigma Lansia
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia menyajikan lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai kesatuan yang dengan individualitas. Manusia secara kontinyu mengalami pertukaran energi dengan lingkungan. Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan emosi. Manusia diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan perilaku yang berbeda dari bagian dan yang tidak dapat diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian - bagiannya.


Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya, individu dan lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan, energi lapangan pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integral dengan bidang manusia (Rogers, 1992).
Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan. Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan arah pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses perubahan sehingga orang dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992).
Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa ia memandang kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan adalah sebuah nilai.
Kegunaan Prinsip Rogers Dalam Proses Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuathubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan (Rogers, 1992). Tujuan ini akan tercermin dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan.
Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu memberikan perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian keperawatan, adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung mencerminkan pandangan yang lebih tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi sepanjang diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan mungkin tidak tepat (Smith, 1988).
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan asuhan keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu dengan lingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani dengan efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi, tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan kreatifitas.
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi.
Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dari klien dalam asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak hanya tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu.

Kelemahan Rogers tentang Homeodinamik
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap abstrak. Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi operasional diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat (Hardy, 1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau menguji sistem yang membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas.

Teori Rogers dan karakteristik Teori
1.  Teori dapat saling berhubungan menciptakan perbedaan pandangan suatu fenomena tertentu. Teori keperawatan utamanya digunakan dalam prinsip homeodynamic untuk pelayanan kemanusiaan memaksa untuk melihat keperawatan dengan cara berbeda.
2.  Teori harus murni logis. Pasti ada perkembangan logis dalam konstruksi utama. Hasil perkembangan logis ini di proses dari identifikasi anggapan, melalui blok bangunan, dengan prinsip homeodynamic.
3.  Teori harus relatif sederhana namun umum. Telah dinyatakan bahwa konsepsi Rogers manusia yang elegan di dalamnya terdapat kesederhanaan (Fawcert, 1989). Namun, teori jauh lebih sederhana dalam tingkat abstraksi dan berkontribusi pada kesulitan pemahaman. Serta didasarkan pada penggunaan sistem terbuka yang kompleks.
4.  Teori dapat menjadi dasar untuk hipotesis yang dapat diuji untuk memperluas teori.
5.  Teori berkontribusi dan membantu meningkatkan pengetahuan umum tubuh dalam tanpa menghilangkan kedisiplinan melalui penelitian yang dilakukan untuk memvalidasi mereka. Teori ini dirancang untuk meminimalkan masalah penelitian, kurangnya kesederhanaan, definisi operasional, dan instrumen yang valid untuk mengukur hasil sehingga keperawatan benar-benar bisa mendapatkan keuntungan dari sistem abstrak Roger.
6.  Teori digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan praktek mereka.. Ketika ide tersebut diaplikasikan untuk praktek keperawatan, pemahaman perilaku klien mengambil dimensi baru. Selain itu, intervensi keperawatan seperti sentuhan terapeutik dan penggunaan cahaya, warna, musik, dan gerakan telah diturunkan dari ajaran Rogers.
7. Teori harus konsisten dengan validasi teori laim, hukum, dan prinsip-prinsip. Sifat abstrak dari sistem menyediakan potensi besar untuk menghasilkan pertanyaan untuk studi lebih lanjut dan yang berasal intervensi untuk praktek keperawatan. Sistem Rogers juga telah berperan dalam pengembangan teori-teori lainnya. Newman (1994) Parse dan (1992) karya dua contoh tersebut.

2.3       Model Keperawatan Adaptasi ( Roy )
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengankeperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkankerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untukmemulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan responadaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajatadaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongantiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandanganterhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konseptersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam modelkonseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinandan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalahkeyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkanderajat kesehatan.Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahlilain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembangmenjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktekkeperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatandiimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan diMount Saint Mary’s College.
Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar danmahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, danmemperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang perananpenting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari modeladaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayaikemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnyatelah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan daritubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanyayang baru pada model adaptasi keperawatan.
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1.         Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2.         Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
3.         Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4.         Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5.         Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Empat elemen penting yang termasuk dalam Model Adaptasi Keperawatan adalah 1) manusia; 2) lingkungan; 3) sehat; 4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.
1.         Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
2.    Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, kontekstual dan residual.
3.    Sehat
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi integrasi adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.
Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespons terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan. Di dalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respons. Perubahan- perubahan itu adalah stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor- faktor kontekstual dan residual. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau inefektif.
Definisi dan Konsep Mayor Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi Roy adalah:
1.         Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan danmembentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,proses, output, dan umpan balik.
2.         Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapatberespon adaptif sendiri.
3.         Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadappenurunan atau peningkatan kebutuhan.
4.         Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secaralangsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalahpresipitasi perubahan tingkah laku.
5.         Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai danmemberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkanatau dirangsang oleh stimulus fokal.
6.         Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikankonstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat divalidasi.
7.         Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan responotomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8.         Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melaluiproses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan danbelajar.
9.         Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,interdependensi dan konsep diri.
10.     Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,pertumbuhan reproduksi.
11.     Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar danbagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit,aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadapsuhu, sensasi, dan proses endokrin.
12.     Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individudalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang laindan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (bodyimage dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, idealdiri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13.     Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungandengan tugasnya di lingkungan sosial.
14.     Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang pentingdan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana caramemelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.Model Konseptual Adaptasi roy Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah :
       (1) manusia;
(2) Lingkungan;
(3) kesehatan;
(4) keperawatan.



Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitaskeperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagaisistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satukesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik.Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan caraadaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasidalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran,dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan danzat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapatdigambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagaisatu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secarakeseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagaisuatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, prosescontrol dan umpan balik serta output.Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerimamasukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpanbaliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internalyang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusiayang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanismekoping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistemkognator.
Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalamhubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.


a)         Model Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harusdipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi duabagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiridari 4 bagian yaitu :
1.        Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984dalam Roy 1991).
2.        Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untukmempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy1991).
3.        Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinaldan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4.        Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisikdan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsifisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semuakomponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.        Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasukproses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.        The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan,rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi denganlingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalampengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.        Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit didalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistemfisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.        Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologismerupakan bagian integral dari regulator koping mekanismeseseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikandan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan prosesemosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organtubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.        Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran hormansesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan danmengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyaiperan yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dariregulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalamRoy,1991).

b)        Model Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan psikososial denganpenekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikisantara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsepdiri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self danthe personal self.
1.        The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandangdirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambarantubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saatmerasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atauhilang kemampuan seksualitas.
2.        The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, idealdiri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaancemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yangberat dalam area ini.

c)    Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorangdalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peranprimer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorangdapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d)    Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkanoleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi danmenerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dankemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi denganorang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untukmelakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah responinefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan ataumeningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif ataumaladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balikrespon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusiasebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi ataukoping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melaluiperubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalahgambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistemsaraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalahgambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif danemosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran,dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnyamempertahankan untuk mencari bantuan.
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia.Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yangadaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal.Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu :fokal, konstektual, dan residual.Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusiasebagai individu atau kelompok.

2.4       Model Praktek Keperawatan (Neuman’s)
Betty Neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka (Marriner-Tomey, 1994). Bagi Neuman, manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dan fisiologis, sosiokultural, dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stresor (Chinn dan Jacobs, 1995).
Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri klien (interpersonal). Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang disadari maupun yang tidak disadari (Reed, 1995). Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak sistem. Model Neuman mencakup stresor intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal (Neuman, 1982, 1995; Marriner-Tomey, 1994).
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal (Neuman dan Young, 1972). Perawat mengkaji, mengatur, dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor (Chinn dan Jacobs, 1995). Tindakan perawatan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor yang potensial dan aktual terjadi akibat stresor tertentu.
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, sedangkan pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan untuk membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama (Neuman, 1982; Torres, 1986; Marriner-Tomey, 1994; Chinn dan Jacobs, 1995).
            Asumsi-asumsi Dasar
Terdapat sepuluh asumsi dasar yang menjadi landasan kerangka kerja konseptual teori Neuman, yaitu:
1.         Klien secara individu atau kelompok merupakan sebuah system, klien yang bersifat unik, namun masing-masing system merupakan dari faktor-faktor yang sering kita jumpai dan kita gabungkan tentang karakteristik-karakteristi pembawaan kita pada sejak lahir dalam kisaran respon normal yang diberikan tuhan yang terdapat dalam sebuah struktur dasar.
2.         Banyak terdapat stressor (penyebab ketegangan), baik yang diketahuai maupun yang tidak diketahui dan berasal dari lingkungan universal. Masing-masing stressor berbeda dalam hal potensialnya yang mengganggu tingakat kesetabilan yang sedang dialami klien, atau mengganggu batas ketahanan normal. Hubungan antar variabel klien yakni variable fisiologis, psikologi, social budaya, perkembangan dan spritual, pada kondisi apapun setiap saat dapat mempengaruhi tingakat dimana seorang klien terlindungi oleh batas ketahanan fleksibel dalam mnehahadapi reaksi yang mungkin terjadi terhadap suatu stressor tunggal atau kombinasi dari berbagi stressor.
3.         Tiap klien telah mengembangkan kisaran respon normal terhadap lingkungan. Kisaran respon ini sebagai bentuk garis pertahanan normal.
4.         Garis fleksibel pertahanan tidak mampu lagi berfungsi sebagai perlindungan klien terhadap stresor lingkungan apabila terdapat sesuatu yang mempengaruhinya
5.         Karena stresor merusak garis pertahanan normal. Variabel antar hubungan (psikologi, fifiologi, sosial budaya, perkembangan, dan spiritual) menentukan tingkat sistem reaksi atau reaksi terhadap stressor yang mungkin timbul.
6.         Klien, baik sehat maupun sakit, merupakan bagian yang dinamis dalam variabel antara hubungan (interrelationship of variables)
7.         Pelengkap (implisitas) dalam tiap sistem klien adalah sekumpulan faktor perlawanan internal dikenal sebagai garis perlawanan (lines of resistence) yang fungsinya menstabilkan dan mengembalikan keadaan klien embali seperti semula (pada posisi garis pertahanan normal) maupun membantu klien ke tingkat stabilitas yang lebih tinggi.
8.         Pencegahan primer menghubungkan pengetahuan umum yang diaplikasikan dalam penilaian (assesment) klien dan intervensi dalam pengidentifikasi dan pengurangan faktor-faktor. Indentifikasi dan pengurangan faktor resiko tersebut berhubungan dengan stresor lingkungann dalam mencegah reaksi yang mungkin terjadi.
9.         Pencegahan sekundur berhubungan dengan simptomatologi yang mengikuti reaksi terhadap stresor, pengurutan prioritas intervensi, dan perlakuan untuk mengurangi pengaruh yang berbahaya.
10.     Pencegahan tersier dengan proses penyesuaian sebagai upaya penyusunan kembali dan pertahanan yang mengembalikan pasien kedalam lingkungan melalui pencegahan primer.
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas normal. Garis pertahanan menurut Neuman’s terdiri dari garis pertahanan normal, garis resistensi dan garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain itu ada berbagai stressor yang dapat menginvasi garis pertahanan normal jika garis pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi.
Maka sistem klien akan bereaksi dengan menampakan adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.

Paradigma Terhadap Empat Konsep Sentral
a). Individu/Manusia                                               
Pada teori Neuman, individu merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
b). Masyarakat/Lingkungan
Model teori neuman ini adalah konsep dimana manusia berhubungan konstan (tetap) terhadap lingkungannya.  Dapat di defenisikan lingkungan sebagai tekanan internal dan eksternal bagi manusia. Neuman menyatakan bahwa pembentukan lingkungan adalah dinamis dan mewakili mobilitas bahwa sadar klien ( termasuk di dalamnya faktor energi, melalui integrasi dan stabilitas system).
c). Kesehatan
Kesehatan adalah keadan yang adekuat dalam suatu sistem stabilitas yang merupakan keadaan yang baik. Sehat adalah kondisi terbebasnya dari gangguan  pemenuhan kebutuhan dan  sehat  merupakan kesimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari dan mengatasi stresor.
d). Keperawatan
Neuman memandang keperawatan sebagai profesi unik karena berhubungan dengan variabel (sesuatu tang dapat berubah) yang mempengaruhi respon manusia terhadap stressor, dengan perhatian utama pada manusia secara keseluruhan. Neuman menyatakan bahwa perawat membantu individu, keluarga, dan kelompok dalam memperoleh dan menjaga kesehatan melalui campur tangan dan perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, Negara, dll).
Pendekatan Proses Keperawatan
Neuman memandang perawat sebagai profesi yang unik yang berhubungan dengan semua variabel yang mempengaruhi sistem respon terhadap stresor. Yang menjadi pusat keperawatan adalah individu atau klien secara total dengan tujuan utama yaitu stabilitas klien. Pandangan ini direfleksikan dengan membuat proses keperawatan menjadi sitematik. Prinsip-prinsip yang mendasarinya yaitu :
1).   Assesment yang baik yang memerlukan pengetahuan tentang semua faktor yang mempengaruhi tanggapan klien.
2).   Arti stresor yang diakui oleh klien dan pengasuh
3). Faktor yang dirasakan pengasuh dan mempengaruhi perkiraan (assesment) situasi pasien.
2.5       Model Keperawatan Perilaku (Johnson)
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stres aktual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokan perilaku berikut:
1.    Perilaku mencari keamanan.
2.    Perilaku mencari perawatan.
3.    Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi.
4.    Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secara sosial dan kultural.
5.    Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan kultural.
6.    Perilaku seksual dan identitas peran.
7.    Perilaku melindungi diri sendiri.
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori perilaku di atas, yang disebut sub-sistem perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif di dalam lingkungannya. Akan tetapi ketika stres mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas. Perawat mengidentifikasi ketidakmampuan beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
A.System perilaku (behavioral system)
System perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan situasi dengan lingkunganya . biasanya sikap daqpat digambarkan dan dijelaskan. Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. System biasanya cukup fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan.
B. Subsistem
Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan “system kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsungaktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di control oleh factor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah attachment-affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive.
1.Subsistem attachement-affiliative.
Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi social. Pada tingktan umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
2. Subsistem dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan . konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku dependency berybah dari hamper, bergantung total kepada orang lain kea rah bergantung total kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri dengan derajat yang lebih besar . jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk kelangsungan kelompok social
3. Subsistem biologis
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan dengan kapan, bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan dan kapan, bagaimana dan dengan komdisi apa kita makan dan dengan kondisi apa kita buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan social dan psikologis seperti halnya pertimbangan biologis.
4. Subsistem seksual
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan mating, system respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk (dalam cakupan yang luas)perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.
5. Subsistem agresif
adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati dan dilindungi.
6. Subsistem achievement
Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan intelektual , fisikis, kreatif, mekanis dan sosial.
Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang menggambarkan lebih jauh teori manusia sebagai system perilaku(behavioral system). Halo yang membedakan antara apa yang ada di dalam dan apa yang di luar system adalah ikatan (boundary). Ini merupakan titik (point) dimana system memiliki control kecil atau pengaruh pada hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan “ sebagai kondisi akhir yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana didalamnya individu berada dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkunganya.
Homeostasis adalah proses menjaga stabilitas dalam system perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaansuatu level atau daerah perilaku tertentu yang dapat diiterima. Ketidakstabilan (instability) terjadi saat system mengalami overcompensate berkaitan dengan strees (tekanan). Ketika output energi tambahan digunakan untuk menjaga stabilitas dikosongkan . stressor adalah stimulan eksternal dan internal yang menghasilkan tegangan(tension) dan menyebabkan ketidakstabilan . tensi adalah kondisi dalam keadaan tegang atau kendor . ia disebabkan karena disequilibrium dan merupakan sumber potensi perubahan.

Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan pendekatan system perilaku, dimana individu dipandang sebagai sitem perilakuyang selalu ingin mencapai keseimgangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkanya. Sebagi suatu system , didalamnya terdapat komponen sub system yang membentuka system tersebut, diantaranya komponen sub system yang membentuk system perilaku menurut Johnson adalah
1.    Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenagan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.
2.    Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan yang kreatif.
3.    Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan berbagai ancaman yang ada di lingkungan.
4.    Eliminasi, merupakan bentuk pengelauran segala sesuatu dari sampah atau barang yang tidak berguna secara biologis
5.    Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.
6.    Gabungan/tambahan, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
Ketergantungan, merupakna bagian yang membentuk system perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Berdasarkan sub system tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah system perilaku individu, sehingga Johnson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan system perilaku tersebut. Klien dalamhal ini adalaha manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.

Asumsi-Asumsi
A. Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tinmdakan eksternala untuk memberikan organisasi perilakupasien ketika pasien dalam kondisi strres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan system dan karenanya membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan control. Aktivitas perawatan tadak bergantung pada wewenang medis tetapi bersifat pelengkap(komplementer) bagi medis/ pengobatan.

B. Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola, pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system dari bagian-bagian interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah mengganggu keseimbangan sistemt perilaku , integritas manusia terancam. Usaha-usaha mausia untuk menbangun kembali keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.

C. Kesehatan(health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis, psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungansubsistem –subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.

D. Lingkungan
Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap factor lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya. Gayalingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu dibutuhkan supaya system membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.
2.6       Model Keperawatan Budaya (Leininger)
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. Leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2. Konsep dalam Transkultural Nursing
a.     Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b.    Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.     
c.     Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d.    Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
e.     Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim


f.     Ras
Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia.
g.    Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h.    Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i.     Caring
adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j.     Cultural Care
berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k.    Culturtal imposition
berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

3.    Paradigma Transkultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu :
a.Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b.Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
-. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi
-. Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.
-. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

4.    Proses keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.





2.7       Model Keperawatan Kebutuhan ( Henderson )
            Teori keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson,1995) mencakup seluruh kebutuhan dasar orang manusia. Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya..dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kemabali kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, seringkali disebut 14 kebutuhan dasar Henderson, memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson,1996):
1.         Bernapas secara normal
2.         Makan dan minum cukup
3.         Eliminasi
4.         Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5.         Isitirahat dan tidur
6.         Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian
7.         Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8.         Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9.         Menghindari bahaya dari lingkungan
10.     Berkomunikasi dengan orang lain
11.     Beribadah menurut keyakinan
12.     Bekerja yang menjanjikan prestasi
13.     Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14.     Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal

Tujuan Keperawatan: Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan (Marriner-Torney, 1994), membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan membentuk klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar Henderson (Henderson, 1966).
Penggunaan Bukti-Bukti Empiris
Henderson menggabungkan prinsip-prinsip fisiologis dan psikologis dalam konsepnya sendiri tentang nursing. Latar belakangnya dalam bidang ini berasal dari persahabatannya dengan Stackpole dan Thorndike selama studi sarjananya di Teacher’s College.
Stackpole mendasarkan kursus fisiologinya pada diktum Claude Bernard bahwa kesehatan bergantung pada pemeliharaan getah bening (lymph) yang konstan di sekitar sel. Dari teori Bernard, dia juga mendapatkan pengetahuan pengobatan psikosomatik dan implikasinya terhadap perawatan. Dia menyatakan ”sangat jelas bahwa kesetimbangan emosional tidak bisa di pisahkan dengan kesetimbangan fisiologis, saya menyadari jika emosi merupakan interprestasi kita sesungguhnya atas respon sel-sel terhadap fluktuasi komposisi kimiawi cairan-cairan sel.
Henderson mengenali teori-teori tepat yang didukung Throndike, hanya karena semua itu melibatkan kebutuhan-kebutuhan mendasar manusia. Meski Henderson tidak menyebut Maslow sebagai seorang yang mempengaruhinya, dia menjelaskan teori motivasi manusianya (human motivation). Maslow dalam Principles and Practice of Nursing and practice of Nursing Care edisi keenam ditahun 1978.


Penegasan-Penegasan Teoritis
- Hubungan Perawat Pasien
Tiga tingkatan hubungan perawat pasien dapat di kenali :
1.    perawat sebagai substitute (pengganti) bagi pasien.
2.    perawat sebagai helper (penolong)
3.    perawat sebagaipartner (rekan) dengan pasien.
Pada saat-saat penyakitnya gawat, perawat kelihatan seperti “pengganti apa-apa yang pasien kekurangan untuk membuatnya menjadi lengkap, utuh, atau bebas karena berkurangnya kekuatan fisik, kemauan atau pengatahuan. Selama kondisi pemulihan (convalescence), perawat membantu pasien meraih atau mendapatkan kembali kemandiriannya. Henderson menyatakan “kemandirian adalah yang relatif. Tidak ada satupun dari kata tidak bergantung dengan yang lain, tetapi kita berusaha keras bagi saling bergantung meraih kesehatan, bukan bergantung dalam sakit. Perawat harus bisa mencermati tidak hanya kebutuhan-kebutuhan pasien, tetapi juga kondisi-kondisi tersebut dan kondisi patologis yang merubahnya.
Perawat dapat mengubah lingkungan dimana dia anggap perlu. Henderson percaya di setiap situasi para perawat yang mengetahui reaksi-reaksi fisiologis dan psikologis terhadap suhu dadan, cahaya dan warna. Perawat dan pasien selalu berusaha mencapai satu tujuan, apakah berupa kesembuhan atau kematian yang damai. Salah satu tujuan perawat harus menjaga hari-hari pasien se normal mungkin. Menjadikan sehat adalah tujuan penting alinnya oleh si perawat.


- Hubungan Perawat Dokter
Henderson menuntut tugas unik yang di miliki perawat dari para dokter. Rencana perawatan, yang di rumuskan oleh perawt dan pasien bersama-sama, harus di jalankan dengan suatu cara untuk mengusulkan rencana pengobatan yang di tentukan dokter.
Perawat sebagai anggota tim medis. Pekerjaan-pekerjaan perawat saling bergantungan dengan pekerja-pekerja kesehatan lainnya. Perawat dan anggota tim lainnya saling membantu menjalankan program perawatan penuh, tetapi mereka sebaiknya tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan milik orang lain. Henderson mengingatkan kita ”tidak seorang pun di dalam tim memberi beban kepada anggota lainnya, dimana siapapun mereka tidak sanggup untuk melakukan tugas khususnya tersebut.















BAB 3
PENUTUP

1.1              Kesimpulan
Keperawatan merupakan bagian penting dari masyarakat dimana keperawatan dikembangkan dari masyarakat dan terlibat penuh didalamnya. Keperawatan berespons terhadap kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, social, dan budaya.
Definisi keperawatan menggambarkan perubahan dalam praktik keperawatan dan membantu mengatasi perubahan dengan cara mengidentifikasi ranah praktik keperawatan dan tuntunan penelitian, praktik dan pendidikan. Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.
Model konsep dan teori keperawatan memberikan pengetahuan untuk meningkatkan praktik, penuntun penelitian, dan kurikulum keperawatan dan mengidentifikasi ranah dan tujuan praktik keperawatan.
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik sedangkan teori keperawatan didefinisikan sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.

Dengan adanya kerangka konsep dan teori keperawatan melahirkan aplikasi proses keperawatan yang menuntut perawat untuk menjalankan fungsi dan peranannya yang meliputi pemberian perawatan, pembuat keputusan, pelindung, advocate bagi klien, menajer kasus, rehabilitator, pemberi rasa nyaman, komunikator dan pendidik. Dalam hal ini proses berlangsung secara sistematis, bertahap dan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar