Senin, 27 Januari 2014

PRECAUTION : STERILISASI DAN SELF PROTECTION

BAB II
PEMBAHASAN
            Universal Precaution ( Kewaspadaan Universal ) adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairantubuh dapat berpotensi menularkan penyakit baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan.
Dasar kewaspadaan universal meliputi :
1. Pengelolaan alat kesehatan (dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi)
2. Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang
3. Penggunaan alat pelindung diri ( sarung tangan, masker, gown )
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam
5. Pengelolaan Limbah

2.1  STERILISASI
2.1.1        Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, harus tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis. (Darmadi, 2008:79)
Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora. Penguapan dengan tekanan, gas etilen oksida (ETO), dan kimia merupakan agens sterilisasi yang paling umum. (Potter & Perry, 1999:949)

2.1.2        Langkah-langkah sebelum melakukan proses sterilisasi
1)      Dekontaminasi : salah satu cara yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati (alat) sehingga aman untuk digunakan.
2)      Pencucian : suatu cara yang digunakan untuk menghilangkan / membersihkan kontaminan (debu, tanah, tinja, darah, pus atau nanah dan sejumlah besar mikroorganisme) yang terdapat pada alat atau bahan yang dicuci. Melakukan pencucian sebelum proses disinfeksi dan sterilisasi adalah sangat diperlukan dan harus dilakukan.
3)      Disinfeksi : suatu cara yang digunakan untuk membunuh / menghilangkan / menghancurkan mikroba tapi dalam proses ini tidak semua ini tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
2.1.3        Metode sterilisasi
2.1.3.1  Fisika
1)      Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan pemanasan mencapai 160­­­­­oC s/d 180­­­­­­­oC. Pada temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga bakteri phatogen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat udara, hal mana telah diketahui bahwa udara memerlukan waktu lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit.
a.       Udara panas oven : digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 170­­­­­­­oC selama 1 jam, 160­­­­­­­oC selama 2 jam, 150­­­­­­­oC selam 3 jam.
b.      Pemijaran langsung : digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai berpijar.
c.       Minyak dan penangas lain : Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat dicelupkan dalam penangas dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 160­­­­­­­oC. Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.
2)      Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
a.       Uap bertekanan (autoklaf) : digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
Benda yang akan disuci hamakan diletakan diatas lempengan saringan dan tidak langsung mengenai air dibawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih (diperkirakan pada suhu 100­­­­­­­oC), pada tekanan 15Ib temperatur yang mencapai 121oC. Organisme yang tidak berspora hanya dapat mati dengan pemanasan     100­­­­oC selama 30 menit tetapi ada beberapa dapat bertahanselama 10 jam pada temperatur 100­­­­­­­oC dapat dimatikan hanya dalam waktu 30 menit apabila air yang mendidih ini ditambah dengan natrium carbonat
b.      Pemanasan dengan bakterisida : digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
c.       Air mendidih : digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.


3)      Cara bukan panas
a.       Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β).
Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultra violet, radiasi sinar gamma atau sinar dan sinar matahari. Sinarmataharib anyak mengandung ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi, hal ini telah lama diketahui banyak orang. Sinar ultraviolet bisa diperoleh dengan menggunakankatoda panas(emisi termis) yaitu ke dalam tabung katoda b ertekanan rendah diisi dengan uap air raksa, panjang gelombang yang dihasilkan dalam proses ini biasanya dalam orde 2.500 s/d 2600 angstrom. Lampu merkuri yang banyak terpasang dijalan-jalan sesungguhnya banyk yang mengandung sina ultraviolet yang dihasilkan itu diserap banyak oleh tabung gelas yang dilaluinya, sehingga dalam proses sterilisasi hendaknya memperhatikan dosis ultraviolet.

2.1.3.2  Kimia
1)      Menggunakan bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 96%, fenol 5%, selain itu juga Aceton tab formalin, sulfur dioxida dan chlorin. Materi yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih dahulu kemudian direndam dalam alkhohol aceton atau tab formalin selama kurang lebih 24 jam.
2)      Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati.

2.1.3.3  Mekanik
1)      Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.
Ada banyak macam filter yaitu:
a.       Berkefeld V
b.      Coars N, M dan W
c.       Chamberland
d.      Seitz
e.       Sintered glass
Metode filtrasi ini hanya dipakai untuk menyeterilkan larutan gula, cairan lain seperti serum atau sterilisasi hasil produksi mikroorganime seperti enzym dan exotoxin


2.1.4        Pelaksanaan Sterilisasi Alat-Alat
2.1.4.1  Sterilisasi terhadap bahan baku karet ( Hand Schoen)
Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap formalin atau dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan, terlebih dahulu harus dibersihkan dengan jalan mencuci dengan air dan sabun. Sarung tangan yang terkena nanah, setelah dicuci bersih,dibersihkan lagi dengan lison 0,5% atau larutan betadin ( 1 gelas air ditambah 1 sendok teh betadin ). Setelah dibilas dengan air bersih, keringkan dan periksa apakah ada yang bocor atau tidak. Yang bocor dipisahkan. Sarung tangan yang telah bersih itu dikiringkan dengan kain bersih, baik luar maupun dalamnya. Setelah kering, bagian luar dan dalam diberi talk, dilipat, dan dimasukkan sepasang (kiri dan kanan) kedalam kantong sarung tangan, dengan terlebih dahlu diberi ukuran dan dimasukkan pula tambahan talk yang dibungkus dengan kasa kecil.
Bila hendak memakai uap formalin, sarung tangan yang telah siap, dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu dimasukkan beebrapa tablet formalin. Sarung tangan baru suci hama (steril) setelah terkena uap formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya disediakan beberapa buah stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang steril. Sarung tangan dapat pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk disterilkan.

2.1.4.2  Sterilisasi terhadap bahan baku logam
Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih dahulu. Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya, agar kotoran yang melengket mudah dibersihkan.
Alat-alat logam peperti jarum suntik, pinset, gunting, jarum oprasi, scapel blede maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan metode pemanasan secara kering, agar suhu mencapai 160­­­­oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam, kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan
2.1.4.3  Sterilisasi terhadap bahan baku kaca
Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu dengan menggunakan pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca juga sering disterilisasi dengan menggunakan metode radiasi karena bahan baku kaca banyak menyerap bahan kaca sehingga sterilisasi dengan radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu alat bahan baku kaca dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat kemudian keringkan dengan udara setelah kering alat bahan baku kaca dimasukan ketempat elektronik yaitu dengan katoda panas (emisi termis) yang mengeluarkan sinar ultraviolet kemudian sinari kaca tersebut dengan sinar ultraviolet dengan kekuatan kurang lebih 2500 s/d 2600 angstrom sehingga spora dan bakteri yang melekat pada alat tersebut dapat terbakar.
2.1.4.4  Sterilisasi terhadap bahan baku kain atau media kultur (kain doek)
Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran, kemudian kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah steril dan dikeluarkan dari alat sterilisator tidak terkontaminasi dengan kuman maupun bakteri lagi. Demikian pula kain doek tersebut dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan bungkus dengan plastik terlebih dahulu sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang akan dilakukan menggunakan metode pemanasan dengan uap air dan juga dipengaruhi dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga menggunakan autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran anatara oksigen dan carbon dioxida.


2.1.4.5  Sterilisasi terhadap bahan baku plastik
Bahan baku plastik misalnya mayo apabila disterilkan sebaiknya jangan menggunakan metode pemanasan, oleh karna itu maka akan merubah bentuk dari plastik tersebut. Untuk mensucikan alat dari bahan baku plastik sebaiknya mula-mula bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan detergen, kemudian keringkan, setelah itu rendam dalam larutan alkohol setelah itu cuci denga aquades lalu rendam dalam larutan antiseptik.

2.2  SELF PROTECTION
Perlengkapan pelindung diri  
            Perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh petugas harus menutupi bagian-bagian tubuh petugas mulai dari kepala hingga telapak kaki. Perlengkapan ini terdiri dari tutup kepala, masker, sampai dengan alas kaki. Perlengkapan-perlengkapan ini tidak harus digunakan/dipakai semuanya/bersamaan, tergantung dari tingkat risiko saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan.
            Tiga hal penting yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh petugas agar tidak terjadi transmisi mikrobapatogen ke penderita saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan, yaitu :
a.       Petugas diharapkan selalu berada dalam kondisi sehat, dalam arti kata bebas dari kemungkinan “menularkan” penyakit
b.      Setiap akan mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan, petugas harus membiasakan diri untuk mencuci tangan serta tindakan higiene lainnya
c.       Menggunakan/memakai perlengkapan pelindung diri sesuai kebutuhan dengan cara yang tepat.
Alat atau perlengkapan pelindung diri yang digunakan/dipakai petugas adalah sebagai berikut :
1)      Sarung tangan
Terbuat dari bahan lateks atau jitril, degan tujuan :
a.       Mencegah penularan flora kulit petugas kepada penderita, terutama pada saat melakukan tindakan invasif. Jadi tujuannya untuk melindungi penderita dan sarung tangan ini disebut sarung tangan bedah
b.      mencega risiko kepada petugas terhadap kemungkinan transmisi mikroba dari penderita. Jadi tujuannya untuk melindungi petugas dan sarung tangan ini disebut sarung tangan pemeriksaan. Agar arung tangan bedah maupun sarung tangan pemeriksaan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka sarung tangan harus steril, utuh, atau tidak robek/berlubang, serta ukurannya sesuai dengan ukuran tangan petugas agar gerakan tangan atau jari selama mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan dapat bergerak bebas.

2)      masker
            Masker merupakan alat/perlengkapan yang menutup wajah bagian bawah. Harus cukup lebar karena harus menutup hidung, muut, hingga rahang bawah. Dengan demikian dapat menahanpercikan cairan/lendir yang keluar dari lubang hidung maupunlubang mulut saat petugas bicara, batuk, maupun bersin.
            Masker terbuat dari berbagai bahan antara lain dari katun, kasa, kertas, atau bahan sintetis. Masker yang ideal akan terasa nyaman bila dipakai oleh petugas, artinya enak untuk bernapas serta mampu menahan partikel yang disebarkan/dikeluarkan saat batuk, bersin, maupun bicara. Masker yang terbuat dari bahan-bahan diatas belum ada yang memenuhi persyaratan tersebut. Usahakan pemakaian masker pada posisi yang tepat dengan ikatan tali yang cukup kuat dan jangan sampai turun kebawah saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis

3.      respirator
respirator adalah masker jenis khusus, terpasang pada wajah, lebih diutamakan untuk melindungi alat napas petugas.  Cara kerjanya adalah mem-filter udara yang diduga tercemar oleh  mikroba patogen yang berasal dari penderita misalnya Mycobacterium tuberculosis. Banyak digunakan di ruangan/bangsal perawatan penyakit menular.
4.      Pelindung mata
Tujuan pemakaian alat ini adalah untuk melindujnghi mata petugas dari kemungkinan percikan darah atau cairan lainnya dari penderita. Sebagai pelindung mata antara lain adalah
a.       Goggles, visor : mirip kacamata renang, dengan tali elastis dibelakangnya, merupakan pelindung mata terbaik, tetapi mudah berkabut dan sedikkit berat.
b.       kacamata dengan lensa normal atau  kacamata resep dokter, cukup memadai bila digunakan sebagai pelindung mata.
3)      Tutup kepala atau kap
            Digunakan untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit kepala dan rambut tidak jatuh dan masuk ke dalam luka atau sayatan jaringan sewaktu tindakan pembedahan. Kap harus cukup besar agar semua rambut petugas tertutup, khususnya bagi petugas wanita.

4)      Gaun bedah (operasi)
Gaun ini dipakai untuk mengganti baju harian petugas. Dibuat sedikit longgar dan terdiri dari dua potong yaitu celana dan baju dengan panjang lengan baju 7-10 cm diatas siku dan terdapat lubang leher berbentuk huruf V
5)      Jas bedah (operasi)
Berbentuk jubah panjang dengan ketinggian dari bawah 10 cm di atas mata kaki, disertai tali-tali pengikat yang ada dibelakang. Digunakan/dipakai dengan cara menutupi/merangkap gaun bedah. Untuk memakainya, perlu bantuan orang lain. Terbuat dari kain yang tahan cairan dan cukup ringan. Panjang lengan jas bedah melebihi pergelangan tangan sehingga ujung lengan yang terbuka dapat ditutup oleh pangkal sarung tangan.
            Terlepas dari adanya perlengkapan pellindung diri, penderita selalu dalam keadaan terancam oleh beberapa risiko. Risiko yang diterima oleh petugas dalam bentuk percikan/tumpahan cairan atau darah yang sangat infeksius dari tubuh penderita harus dicegah dengan menggunakan peralatan npelindung diri agar petugas tetap aman dan terlindungi selama menjalankan tugasnya. Kontak antara penderita dengan petugas dapat terjadi di setiap unit kerja di rumah sakit dengan spesifikasi tersendiri, sehingga bobot risiko (akibat) yang terjadi untuk penderita dan petugas berbeda pula.
            Bagi penderita, peluang risiko terbesar dengan bobot terberat karena adanya intervensi prosedur dan tindakan medis invasif dengan perlakuan terhadap jaringan/organ yang bersifat manipulatif dan eksploratif. Oleh karenanya diperlukan adanya kewaspadaan tahap demi tahap dalam mengelola penderita yang akan menjalani operasi/pembedahan. Baik dari saat pra, intra, maupun pasca bedah. Terkait dengan proses pembedahan ini, perlu diterapkan kewaspadaan standar yang terinci dengan baik agar semua permasalahan yang mungkin terjadi dapat diantisipasi.
            Dari uraian di atas memperlihatkan perlengkapan pelindung diri harus dikelola dengan baik oleh tiap unit kerja yakni dengan menyediakan macam dan jumlahya sesuai kebutuhan dan selalu siap pakai, termasuk kualitas bahan, ukuran, serta cara menyimpannya.
















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesterilan peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis. Sebelum melakukan proses sterilisasi terlebih dahulu sebaiknya dilakukan langkah-langkah seperti dekontaminasi, pencucian dan disinfeksi. Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk proses sterilisasi diantaranya metode fisika, kimia dan mekanik. Selain menjaga kesterilan alat-alat medis tersebut, sangat penting juga petugas kesehatan meggunakan alat pelindung diri ketika akan melakukan tindakan kesehatan karena itu adalah kepentingan pasien maupun petugas itu sendiri. Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan, masker, respirator, goggles, kap, gaun bedah, jas bedah, dan lain-lain.
           
3.2 Saran
3.2.1    Petugas kesehatan perlu menjaga kesterilan alat-alat yang akan digunakan untuk menangani pasien karena itu bisa mempengaruhi kesehatan pasien.
3.3.1    Dalam melakukan tindakan, hendaknya petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri karena akan berfungsi melindungi baik diri petugas sendiri juga diri pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar