BAB
II
PEMBAHASAN
Universal Precaution ( Kewaspadaan Universal ) adalah tindakan pengendalian
infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairantubuh dapat
berpotensi menularkan penyakit baik berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan.
Dasar kewaspadaan universal meliputi :
1. Pengelolaan alat kesehatan (dekontaminasi, disinfeksi dan
sterilisasi)
2. Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang
3. Penggunaan alat pelindung diri ( sarung tangan, masker, gown )
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam
5.
Pengelolaan Limbah
2.1 STERILISASI
2.1.1
Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi dalam pengertian
medis merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil
akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya
mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih
sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan
metodenya, harus tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil
sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi
kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan
medis. (Darmadi, 2008:79)
Sterilisasi adalah penghancuran
atau pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora. Penguapan dengan
tekanan, gas etilen oksida (ETO), dan kimia merupakan agens sterilisasi yang
paling umum. (Potter & Perry, 1999:949)
2.1.2
Langkah-langkah sebelum melakukan
proses sterilisasi
1)
Dekontaminasi : salah
satu cara yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati
(alat) sehingga aman untuk digunakan.
2)
Pencucian : suatu
cara yang digunakan untuk menghilangkan / membersihkan kontaminan (debu, tanah,
tinja, darah, pus atau nanah dan sejumlah besar mikroorganisme) yang terdapat
pada alat atau bahan yang dicuci. Melakukan pencucian sebelum proses disinfeksi
dan sterilisasi adalah sangat diperlukan dan harus dilakukan.
3)
Disinfeksi : suatu
cara yang digunakan untuk membunuh / menghilangkan / menghancurkan mikroba tapi
dalam proses ini tidak semua ini tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
2.1.3
Metode
sterilisasi
2.1.3.1 Fisika
1) Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi
sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikrobanya mati.
Pemanasan
kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai
efektivitas diperlukan pemanasan mencapai 160oC s/d 180oC. Pada
temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal
ini disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga bakteri phatogen dapat
terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat udara, hal mana telah diketahui
bahwa udara memerlukan waktu lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit.
a.
Udara panas
oven : digunakan untuk sterilisasi alat
gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak lemak, parafin, petrolatum,
serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah
170oC selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC
selam 3 jam.
b.
Pemijaran
langsung : digunakan untuk
sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak cocok untuk
alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang digunakan 500-600oC
dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai berpijar.
c.
Minyak dan
penangas lain : Digunakan untuk
sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga ketajaman
alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat dicelupkan dalam penangas
dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 160oC.
Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat digunakan pula sebagai
pengganti minyak mineral.
2)
Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein
penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
a.
Uap bertekanan
(autoklaf) : digunakan untuk
sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam
tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi
larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC
mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau
2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan
spora bakteri yang tahan pemanasan.
Benda yang akan disuci hamakan diletakan diatas
lempengan saringan dan tidak langsung mengenai air dibawahnya. Pemanasan
dilakukan hingga air mendidih (diperkirakan pada suhu 100oC), pada tekanan 15Ib temperatur yang
mencapai 121oC. Organisme
yang tidak berspora hanya dapat mati dengan pemanasan
100oC selama 30
menit tetapi ada beberapa dapat bertahanselama 10 jam pada temperatur 100oC dapat dimatikan hanya dalam waktu
30 menit apabila air yang mendidih ini ditambah dengan natrium carbonat
b.
Pemanasan
dengan bakterisida : digunakan untuk
sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf.
Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih
dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan
bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama
10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan
0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
c.
Air mendidih : digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan
dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi
tidak sporanya.
3)
Cara bukan
panas
a.
Sterilisasi
dengan radiasi
Prinsipnya
adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel
sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk
sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua
macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ)
dan arus partikel kecil (sinar α dan β).
Dalam mikrobiologi radiasi gelombang
elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultra violet, radiasi
sinar gamma atau sinar dan sinar matahari. Sinarmataharib anyak mengandung
ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi,
hal ini telah lama diketahui banyak orang. Sinar ultraviolet bisa diperoleh
dengan menggunakankatoda panas(emisi termis) yaitu ke dalam tabung katoda b
ertekanan rendah diisi dengan uap air raksa, panjang gelombang yang dihasilkan
dalam proses ini biasanya dalam orde 2.500 s/d 2600 angstrom. Lampu merkuri
yang banyak terpasang dijalan-jalan sesungguhnya banyk yang mengandung sina
ultraviolet yang dihasilkan itu diserap banyak oleh tabung gelas yang
dilaluinya, sehingga dalam proses sterilisasi hendaknya memperhatikan dosis
ultraviolet.
2.1.3.2 Kimia
1)
Menggunakan
bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 96%, fenol 5%, selain itu juga Aceton tab formalin, sulfur dioxida dan
chlorin. Materi yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih dahulu
kemudian direndam dalam alkhohol aceton atau tab formalin selama kurang lebih
24 jam.
2)
Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti
etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil
seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya
adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari
protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan
mikroba mati.
2.1.3.3 Mekanik
1)
Filtrasi
Digunakan untuk
sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan filter
bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan
oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan
teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat
dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.
Ada banyak macam filter yaitu:
a.
Berkefeld V
b.
Coars N, M dan W
c.
Chamberland
d.
Seitz
e.
Sintered glass
Metode
filtrasi ini hanya dipakai untuk menyeterilkan larutan gula, cairan lain
seperti serum atau sterilisasi hasil produksi mikroorganime seperti enzym dan
exotoxin
2.1.4
Pelaksanaan Sterilisasi Alat-Alat
2.1.4.1 Sterilisasi terhadap bahan baku
karet ( Hand Schoen)
Hand schoen atau Sarung tangan dapat
disterilkan dengan uap formalin atau dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan
disterilkan, terlebih dahulu harus dibersihkan dengan jalan mencuci dengan air
dan sabun. Sarung tangan yang terkena nanah, setelah dicuci bersih,dibersihkan
lagi dengan lison 0,5% atau larutan betadin ( 1 gelas air ditambah 1 sendok teh
betadin ). Setelah dibilas dengan air bersih, keringkan dan periksa apakah ada
yang bocor atau tidak. Yang bocor dipisahkan. Sarung tangan yang telah bersih
itu dikiringkan dengan kain bersih, baik luar maupun dalamnya. Setelah kering,
bagian luar dan dalam diberi talk, dilipat, dan dimasukkan sepasang (kiri dan
kanan) kedalam kantong sarung tangan, dengan terlebih dahlu diberi ukuran dan
dimasukkan pula tambahan talk yang dibungkus dengan kasa kecil.
Bila hendak memakai uap formalin,
sarung tangan yang telah siap, dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu
dimasukkan beebrapa tablet formalin. Sarung tangan baru suci hama (steril)
setelah terkena uap formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya disediakan
beberapa buah stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang steril.
Sarung tangan dapat pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk disterilkan.
2.1.4.2 Sterilisasi terhadap bahan baku
logam
Alat yang terbuat dari logam sebelum
disteril dicuci terlebih dahulu. Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu
selesai memakainya, agar kotoran yang melengket mudah dibersihkan.
Alat-alat logam peperti jarum
suntik, pinset, gunting, jarum oprasi, scapel blede maupun tabung reaksi mula-mula
dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu
menggunakan metode pemanasan secara kering, agar suhu mencapai 160oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam, kemudian didiamkan
agar suhu turun perlahan-lahan
2.1.4.3 Sterilisasi terhadap bahan baku kaca
Sterilisasi bahan baku kaca sama
dengan sterilisasi logam yaitu dengan menggunakan pemanasan kering, selain itu
bahan baku kaca juga sering disterilisasi dengan menggunakan metode radiasi
karena bahan baku kaca banyak menyerap bahan kaca sehingga sterilisasi dengan
radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu alat bahan baku kaca dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran yang melekat kemudian keringkan dengan udara
setelah kering alat bahan baku kaca dimasukan ketempat elektronik yaitu dengan
katoda panas (emisi termis) yang mengeluarkan sinar ultraviolet kemudian sinari
kaca tersebut dengan sinar ultraviolet dengan kekuatan kurang lebih 2500 s/d
2600 angstrom sehingga spora dan bakteri yang melekat pada alat tersebut dapat
terbakar.
2.1.4.4 Sterilisasi terhadap bahan baku kain
atau media kultur (kain doek)
Media kultur yang akan disteril,
terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran, kemudian kain resebut dibungkus
dengan kertas agar setelah steril dan dikeluarkan dari alat sterilisator tidak
terkontaminasi dengan kuman maupun bakteri lagi. Demikian pula kain doek
tersebut dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan bungkus dengan
plastik terlebih dahulu sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang akan
dilakukan menggunakan metode pemanasan dengan uap air dan juga dipengaruhi
dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga menggunakan autoclave ini
yaitu dengan adanya pertukaran anatara oksigen dan carbon dioxida.
2.1.4.5 Sterilisasi terhadap bahan baku
plastik
Bahan baku plastik misalnya mayo
apabila disterilkan sebaiknya jangan menggunakan metode pemanasan, oleh karna
itu maka akan merubah bentuk dari plastik tersebut. Untuk mensucikan alat dari
bahan baku plastik sebaiknya mula-mula bersihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan detergen, kemudian keringkan, setelah itu rendam dalam larutan
alkohol setelah itu cuci denga aquades lalu rendam dalam larutan antiseptik.
2.2 SELF
PROTECTION
Perlengkapan
pelindung diri
Perlengkapan
pelindung diri yang dipakai oleh petugas harus menutupi bagian-bagian tubuh
petugas mulai dari kepala hingga telapak kaki. Perlengkapan ini terdiri dari
tutup kepala, masker, sampai dengan alas kaki. Perlengkapan-perlengkapan ini
tidak harus digunakan/dipakai semuanya/bersamaan, tergantung dari tingkat
risiko saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan.
Tiga
hal penting yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh petugas agar tidak
terjadi transmisi mikrobapatogen ke penderita saat mengerjakan prosedur dan
tindakan medis serta perawatan, yaitu :
a.
Petugas
diharapkan selalu berada dalam kondisi sehat, dalam arti kata bebas dari
kemungkinan “menularkan” penyakit
b.
Setiap
akan mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan, petugas harus
membiasakan diri untuk mencuci tangan serta tindakan higiene lainnya
c.
Menggunakan/memakai
perlengkapan pelindung diri sesuai kebutuhan dengan cara yang tepat.
Alat atau perlengkapan pelindung
diri yang digunakan/dipakai petugas adalah sebagai berikut :
1) Sarung
tangan
Terbuat dari bahan lateks atau
jitril, degan tujuan :
a.
Mencegah
penularan flora kulit petugas kepada penderita, terutama pada saat melakukan
tindakan invasif. Jadi tujuannya untuk melindungi penderita dan sarung tangan
ini disebut sarung tangan bedah
b.
mencega
risiko kepada petugas terhadap kemungkinan transmisi mikroba dari penderita.
Jadi tujuannya untuk melindungi petugas dan sarung tangan ini disebut sarung
tangan pemeriksaan. Agar arung tangan bedah maupun sarung tangan pemeriksaan
dapat dimanfaatkan dengan baik, maka sarung tangan harus steril, utuh, atau tidak
robek/berlubang, serta ukurannya sesuai dengan ukuran tangan petugas agar
gerakan tangan atau jari selama mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta
perawatan dapat bergerak bebas.
2)
masker
Masker
merupakan alat/perlengkapan yang menutup wajah bagian bawah. Harus cukup lebar
karena harus menutup hidung, muut, hingga rahang bawah. Dengan demikian dapat
menahanpercikan cairan/lendir yang keluar dari lubang hidung maupunlubang mulut
saat petugas bicara, batuk, maupun bersin.
Masker
terbuat dari berbagai bahan antara lain dari katun, kasa, kertas, atau bahan
sintetis. Masker yang ideal akan terasa nyaman bila dipakai oleh petugas,
artinya enak untuk bernapas serta mampu menahan partikel yang
disebarkan/dikeluarkan saat batuk, bersin, maupun bicara. Masker yang terbuat
dari bahan-bahan diatas belum ada yang memenuhi persyaratan tersebut. Usahakan
pemakaian masker pada posisi yang tepat dengan ikatan tali yang cukup kuat dan
jangan sampai turun kebawah saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis
3.
respirator
respirator
adalah masker jenis khusus, terpasang pada wajah, lebih diutamakan untuk
melindungi alat napas petugas. Cara
kerjanya adalah mem-filter udara yang diduga tercemar oleh mikroba patogen yang berasal dari penderita
misalnya Mycobacterium tuberculosis.
Banyak digunakan di ruangan/bangsal perawatan penyakit menular.
4.
Pelindung
mata
Tujuan
pemakaian alat ini adalah untuk melindujnghi mata petugas dari kemungkinan
percikan darah atau cairan lainnya dari penderita. Sebagai pelindung mata
antara lain adalah
a.
Goggles, visor : mirip kacamata renang,
dengan tali elastis dibelakangnya, merupakan pelindung mata terbaik, tetapi
mudah berkabut dan sedikkit berat.
b.
kacamata dengan lensa normal atau kacamata resep dokter, cukup memadai bila
digunakan sebagai pelindung mata.
3)
Tutup
kepala atau kap
Digunakan
untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit kepala dan rambut tidak
jatuh dan masuk ke dalam luka atau sayatan jaringan sewaktu tindakan
pembedahan. Kap harus cukup besar agar semua rambut petugas tertutup, khususnya
bagi petugas wanita.
4)
Gaun
bedah (operasi)
Gaun ini
dipakai untuk mengganti baju harian petugas. Dibuat sedikit longgar dan terdiri
dari dua potong yaitu celana dan baju dengan panjang lengan baju 7-10 cm diatas
siku dan terdapat lubang leher berbentuk huruf V
5)
Jas
bedah (operasi)
Berbentuk
jubah panjang dengan ketinggian dari bawah 10 cm di atas mata kaki, disertai
tali-tali pengikat yang ada dibelakang. Digunakan/dipakai dengan cara
menutupi/merangkap gaun bedah. Untuk memakainya, perlu bantuan orang lain.
Terbuat dari kain yang tahan cairan dan cukup ringan. Panjang lengan jas bedah
melebihi pergelangan tangan sehingga ujung lengan yang terbuka dapat ditutup
oleh pangkal sarung tangan.
Terlepas
dari adanya perlengkapan pellindung diri, penderita selalu dalam keadaan
terancam oleh beberapa risiko. Risiko yang diterima oleh petugas dalam bentuk
percikan/tumpahan cairan atau darah yang sangat infeksius dari tubuh penderita
harus dicegah dengan menggunakan peralatan npelindung diri agar petugas tetap
aman dan terlindungi selama menjalankan tugasnya. Kontak antara penderita
dengan petugas dapat terjadi di setiap unit kerja di rumah sakit dengan spesifikasi
tersendiri, sehingga bobot risiko (akibat) yang terjadi untuk penderita dan
petugas berbeda pula.
Bagi
penderita, peluang risiko terbesar dengan bobot terberat karena adanya
intervensi prosedur dan tindakan medis invasif dengan perlakuan terhadap jaringan/organ
yang bersifat manipulatif dan eksploratif. Oleh karenanya diperlukan adanya
kewaspadaan tahap demi tahap dalam mengelola penderita yang akan menjalani
operasi/pembedahan. Baik dari saat pra, intra, maupun pasca bedah. Terkait
dengan proses pembedahan ini, perlu diterapkan kewaspadaan standar yang terinci
dengan baik agar semua permasalahan yang mungkin terjadi dapat diantisipasi.
Dari
uraian di atas memperlihatkan perlengkapan pelindung diri harus dikelola dengan
baik oleh tiap unit kerja yakni dengan menyediakan macam dan jumlahya sesuai
kebutuhan dan selalu siap pakai, termasuk kualitas bahan, ukuran, serta cara
menyimpannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesterilan peralatan
medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi kembali saat penyimpanan
dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis. Sebelum melakukan
proses sterilisasi terlebih dahulu sebaiknya dilakukan langkah-langkah seperti
dekontaminasi, pencucian dan disinfeksi. Terdapat tiga metode yang biasa
digunakan untuk proses sterilisasi diantaranya metode fisika, kimia dan
mekanik. Selain menjaga kesterilan alat-alat medis tersebut, sangat penting
juga petugas kesehatan meggunakan alat pelindung diri ketika akan melakukan
tindakan kesehatan karena itu adalah kepentingan pasien maupun petugas itu
sendiri. Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan, masker,
respirator, goggles, kap, gaun bedah, jas bedah, dan lain-lain.
3.2 Saran
3.2.1
Petugas
kesehatan perlu menjaga kesterilan alat-alat yang akan digunakan untuk
menangani pasien karena itu bisa mempengaruhi kesehatan pasien.
3.3.1
Dalam
melakukan tindakan, hendaknya petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri
karena akan berfungsi melindungi baik diri petugas sendiri juga diri pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar